Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menoleh Sejenak

1 April 2024   23:02 Diperbarui: 1 April 2024   23:10 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Siap 86, Komandan!" jawabku.

"Opo kuwi maksude?" serunya mengalahkan deru mobil.

"Anake Sampeyan sanggup, Mak!" seorang pembeli nimbrung yang membuat tawa Emak semakin ngakak.

"O, walahhh ... nggih!" sambutnya dengan mimik melucu.

***

Saat ini hujan bulan November belum juga reda. Cuaca begitu dingin membuatku berkutat di ruang tamu sambil membaca majalah lama. Ya, aku gemar membaca majalah lama yang dulu tak pernah sempat kusentuh karena kesibukanku.

Kini karena sedang berbadan dua, mungkin gawan bayi11 ada sedikit rasa malas untuk keluar dari rumah. Maka, aku pun me time, refreshing di ruang tamu dengan beberapa majalah lama, khususnya tentang parenting.

Bunyi klakson dan deru mobil membuyarkan lamunanku. Sebuah mobil hitam meluncur memasuki halaman rumahku yang cukup luas. Kubuka sedikit gorden mengintip siapa yang datang. Ternyata lelakiku datang bersama si lelaki sulung kami.  Ya, suamiku adalah lelaki tampan yang dulu menabrakku! Ternyata, sejak pertemuan pertama beberapa tahun silam, dia merasa klepek-klepek melihat kesederhanaan penampilanku.

Saat itu si dia diam-diam mencari dan mengikuti perkembangan pendidikanku. Baru  berani mendekati dan melamar setelah dia mapan dan aku selesai kuliah strata satu menjelang ikut perkuliahan pascasarjana. Amazing, 'kan? Saat ini, dia bersama sulung kami lelaki kecil berusia lima tahun yang baru pulang dijemputnya dari les piano.

Ahhh, mengingat flash back masa lalu yang cukup indah membuatku tersenyum sendiri.

"Terima kasih, ya Allah ... aku telah membuat Emak bangga dengan menyelesaikan kuliahku di fakultas pascasarjana tepat saat Emak mengembuskan napas terakhirnya," senandikaku sambil beranjak menyambut kedua lelakiku yang berjalan menuju teras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun