Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menoleh Sejenak

1 April 2024   23:02 Diperbarui: 1 April 2024   23:10 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kudengar dari kejauhan dia masih memanggilku, "Nona, Nona tunggu!"

Tentu saja aku tak menggubrisnya. Aku malu! Sangat malu! Bagaimana tidak? Dandananku siang itu begitu amburadul, sementara dia begitu rapi dan necis sekali!

Oh, dia, dia memanggilku 'nona'? Hi  ... hi ... hi, lucu juga ya. Seumur-umur baru kali ini aku dipanggil nona. Ah, sudahlah, kalau melamun terus bisa-bisa nanti menabrak lagi.

Sesampai di warung kuempaskan pantat di kursi plastik sambil napas terengah dan tangan mengipas-ngipas menggunakan kardus bekas kotak air mineral yang kusaut dari bawah kursi. Capek dan gerah yang tiada tara!

Kulihat Emak masih sibuk melayani pembeli. Hanya dimintanya aku meletakkan nasi di tempat biasa dan membuka termos dengan segera. Namun, aku masih belum beranjak dari tempat duduk.

"Mawar! Cepat nasinya tuang ke sini! Hampir habis, nih!" seru Emak dengan suara alto bernada tinggi.

Barangkali Emak takut aku tidak mendengar karena suara deru mobil yang sahut-menyahut tak pernah berhenti. Ya, arena Emak berjualan memang persis di trotoar. Di pinggir jalan, di depan pertokoan yang tutup sejak lama. Dengan demikian Emak bisa memperoleh dua jajaran ruko memanjang sehingga tempat duduk para pembeli cukup banyak. Emak dibantu empat orang asisten baik sebagai tukang masak di rumah maupun tukang cuci piring dan gelas. Kerja mereka digilir secara sift. 

 

Dagangan Emak lumayan banyak sehingga bisa mempekerjakan empat orang wanita yang keempatnya sama-sama janda. Jadi, seolah warung aneka nasi dengan segala macam lauk-pauk itu dilayani kumpulan janda ahahaha ... tetapi jangan tanya pembelinya. Lumayan antre! Dari para sopir, kenek bus, truk, dan moda angkutan umum lain, dan para penumpang serta masyarakat sekitar yang sudah berlangganan sejak lama.

Kata orang masakan Emak enak dan murah. Apalagi Emak orangnya nyinyir kepada para pegawai untuk selalu menjaga kebersihan tempat berdagang maupun makanan yang diperdagangkan. Bahkan, sebelum berjualan pun Emak meminta para pegawai menyempatkan diri untuk berdandan secara wajar.

"Harus bersih dan rapi," pesannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun