Teringat sabda-Nya, "Bagi Dialah yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita."
Kuusahakan tidak memendam rahasia agar tidak terbeban. Karena itu, meski sepele, malam itu kuceritakan kepada Mas Andika perihal pertemuanku yang tak sengaja itu. Mas Andika  menggeleng-geleng.
"Luar biasa ajaib karya dan kehendak-Nya! Mestinya tadi Mama memanggilku untuk berkenalan dengan keluarga mereka!" lanjutnya sambil tersenyum padaku.
"Aku tidak kepikiran seperti itu, Mas! Maafkan aku!"
"Iya. Semoga saja kita masih dipertemukan dengan mereka. Bukankah kita harus membawa damai sukacita, Ma?" katanya benar-benar menohokku.
Ternyata aku justru melarikan diri dari mereka! Kukira hendak kukubur sebagai suatu kenangan, tetapi ternyata suamiku malah ingin membuka pertemanan. Maka, di dalam hati aku berdoa semoga tidak ada lagi kesempatan untuk bertemu dengan mantan. Biarlah masa lalu berlalu seiring waktu dan kini kuhadapi masa yang akan datang tanpa beban.
      Tentu saja tak bisa kukatakan kepada suami mengapa tak sanggup bertemu dengannya. Keinginan melupakan yang nyatanya justru masih saja mengganggu pikiranku! Biarlah cukup sebagai rahasia pribadiku saja! Cemburukah aku? Tak ikhlaskah aku? Entahlah. Ingin kubuang dan kuhilangkan kenangan itu, tetapi tak mampu. Biarlah waktu yang mengubur sepenggal kenangan itu!
Malam itu netra pun tak mau diajak berkompromi! Baying masa lalu bermain tanpa kuundang melintasi ruang ingatan. Ahh, ....
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H