Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Menulis sebagai refreshing dan healing agar terhindar dari lupa

Menulis dengan bahagia apa yang mampu ditulis saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Slice of Live

31 Maret 2024   14:22 Diperbarui: 31 Maret 2024   14:23 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya, tidak ada kendala yang cukup berarti karena kami menyiasatinya dengan selalu menanyakan kabar melalui telepon, whasapp, bahkan dengan video call. Setiap semesteran Mas Bram juga selalu pulang dan menyempatkan bertemu denganku. Kedua orang tua Mas Bram pun telah mengetahui hubungan kami dan tidak berkomentar apa pun. Rasanya semua baik-baik saja hingga kami sama-sama diwisuda. Bahkan, Mas Bram menyempatkan diri menghadiri wisudaku bersama kedua orang tuaku. Mas Bram resmi telah menyandang gelar ST di belakang nama panjangnya. Sementara aku memperoleh gelarku, S. Ked dan harus menambah berdinas sebagai coas dua tahun hingga gelar dokter boleh kusandang secara resmi.

Papa mamaku juga sudah mengetahui hubungan kami, tetapi belum ada  restu jelas seperti yang dikemukakannya.

"Nin, jika kalian hendak menapaki ke arah hubungan serius, Papa minta kamu tanyakan kepada Bram apakah dia bersedia mengikuti keyakinan kita? Hal ini sangat penting, Nin. Karena pernikahan itu sakral dan harus mengikuti bina pranikah sebelum melangsungkan pemberkatan. Apakah kamu sudah pernah mengemukakan hal itu kepadanya?"

Kami memang tidak pernah menyinggung masalah keyakinan selama menjalani hubungan hampir genap lima tahun ini. Aku merasa nyaman bersamanya, sementara Mas Bram pun tidak pernah mengusik keyakinanku. Bahkan, dialah yang sering mengingatkanku untuk beribadah setiap hari Minggu. Namun, belum sekali pun aku menanyakan seperti apa yang ditanyakan oleh papa itu. Aku juga merasa tidak sampai hati untuk menyinggung masalah tersebut.

Tidak lama setelah wisuda, karena prestasi Mas Bram cemerlang, ia langsung diterima di sebuah perusahaan bonafide di ibukota. Aku ikut bangga dan bahagia. Bahkan, aku ikut mengantarnya ke bandara saat itu. Bersama kedua orang tuanya, bahkan akulah yang menyopiri kendaraanku untuk kepentingan keberangkatannya tersebut. Kedua orang tuanya pun sangat baik kepadaku. Tidak ada masalah sama sekali.

Karena papa meminta aku menanyakan hal itu kepada Mas Bram, suatu saat aku menanyakannya melalui saluran Whastapp. Dia menuliskan, "Tunggulah, Nin. Ada saatnya aku harus menjawab secara langsung! Tunggulah sampai aku memperoleh cuti pertamaku, setuju?" 

Aku setuju. Aku pikir ini memang masalah serius yang tidak bisa dibahas berjauhan seperti ini. Setelah keberangkatan Mas Bram, aku pun memperoleh panggilan menjalani coas-ku di salah satu puskesmas kabupaten. Beruntung bisa kutempuh pergi pulang dengan kendaraan pribadi.

Enam bulan berlalu. Saatnya Mas Bram pulang. Namun, tetiba membatalkan kepulangannya karena harus mengikuti bosnya ke Jepang selama dua minggu. Ya, sudahlah. Aku belum memperoleh jawaban apa pun mengenai keyakinan kami yang berbeda.

***

Aku menyempatkan diri datang ke rumah orang tuanya saat mereka merayakan hari raya keagamaan. Banyak anggota keluarga yang hadir dan aku diperkenalkan sebagai pacar Mas Bram.

Seorang gadis manis salah seorang kerabatnya tetiba bertanya kepadaku, "Mbak Nina sudah mempelajari keyakinan kami? Biasanya, pada kepercayaan kami nih Mbak, istri harus ikut keyakinan suaminya, loh! Apakah Mbak Nina sudah memikirkannya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun