Entahlah, Lita pun menurut saja saat itu. Mungkin juga terobsesi untuk menjadi istrinya. Padahal, hidup, jodoh, rezeki, dan mati seluruhnya ada pada otoritas Tuhan. Lita khilaf!
Apa yang mereka lakukan berdampak luar biasa. Lita benar-benar hamil. Sayangnya, justru di saat hamil, fitnah keji diterima dengan tidak semena-mena. Keluarga pria itu mengemukakan bahwa Lita bukan wanita baik-baik karena tidak bisa menjaga kehormatan diri. Singkat kata Lita memperoleh cap wanita murahan dan gampangan! Dengan demikian, penolakanlah yang diterima dari keluarga lelaki yang berjanji manis itu. Apalagi  dia pun tidak berkutik dan tidak memperjuangkan nasib di hadapan keluarga. Padahal, ide untuk memiliki keturunan itu seratus persen berasal darinya!
Dunia seolah runtuh, Lita benar-benar terpuruk. Diam-diam semua harta peninggalan orang tua dijual. Lita pindah ke kota lain berupaya menata diri. Dia datang ke salah satu panti asuhan menjumpai kepala yayasan. Diceritakanlah semua kondisi, berharap bisa diterima sebagaimana adanya. Yang penting, dia butuh teman dan perlindungan. Beruntung sekali, Suster Kepala Yayasan memahami, menerima, dan merangkul sebagai bagian dari misi mereka.
"Baiklah, Lita. Kami menerimamu di sini. Yang penting sekarang kamu harus jaga kondisi kesehatan hingga janinmu sehat. Apakah menurutmu lebih baik tinggal di dalam atau di luar panti?"
 "Terima kasih, Suster. Saya pasrah. Izinkan saya memohon perlindungan agar tidak jatuh pada dosa aborsi!"
Seiring perjalanan waktu, masa persalinan pun tiba. Bersyukur kepada-Nya, Lita melahirkan dengan pertolongan bidan seiman yang sangat sabar dan telaten. Lahirlah handsome baby boy menggemaskan.
Sejak saat itu, Lita bekerja sebagai single parent tanpa memikirkan untuk berumah tangga. Prioritasnya hanyalah putra semata wayang. Beruntung tidak rewel, pintar, dan tidak pernah pula menanyakan siapa ayah biologisnya. Ada pernah bertanya, tetapi melihat air mata Lita bercucuran, diam pula. Mungkin suatu saat Lita memang harus menceritakannya, tetapi tidak sekarang!
  Satu hal yang sangat mencengangkan adalah segala sesuatu yang dilakukan si buah hati persis sama dengan kelakuan sang ayah. Kesukaan mengenakan model dan warna pakaian, bahkan postur tubuhnya. Persis. Jadi, Lita benar-benar melihat fotokopinya!
***
Si perjaka menyelesaikan kuliah empat tahun ditambah koas selama dua tahun dengan sukacita. Tiba saat agenda Sumpah Dokter. Lita menerima undangan menghadiri moment langka dan luar biasa dengan bangga.
"Peraih Indeks Prestasi Kumulatif tertinggi adalah dr. Himawan Pramudita, putra semata wayang Ibu Armelita Natali. Mohon kesediaan Ibu untuk membersamai sang putra naik podium!" suara pelantang menggema di seluruh gedung.