Mohon tunggu...
Ninik Sirtufi Rahayu
Ninik Sirtufi Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - mengisi usia senja dan bercanda dengan kata

Menulis sesuka hati, senyampang ada waktu, dan sebisanya saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Untuk Sebuah Nama

30 Maret 2024   18:13 Diperbarui: 30 Maret 2024   18:13 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

 

Menjelang ujian nasional, sudah Lita persiapkan baik-baik. Mental spiritual, bahkan les segala yang diinginkan dalam rangka mengejar cita-cita. Diiyakan dan dipantau sebagaimana mestinya.

Remaja 18 tahun itu kini tampak dewasa dan mandiri. Namun, tetap saja Lita masih protektif, bahkan cenderung overprotektif. Lita tidak ingin gagal, cita-cita si perjaka harus terwujud di genggaman.

Sejak duduk di kelas sepuluh, Lita sudah memintanya menata masa depan. Kondisi  masa lalu menyebabkan menjadi single parent ini memantik semangat sang bunda. Sudah kenyang mengalami perundungan, berharap si buah hati mengangkat derajat keluarga.

Setelah kedua ortu wafat karena laka lantas kala remaja, Lita ikut  bibi. Namun, baru saja lulus sarjana,  bibi mengembuskan napas terakhir. Sejak  itulah Lita tinggal sendiri.

Saat itu pula Lita berkenalan dengan pemuda pendiam, baik hati, dan baik budi pula. Namun, sayang, karena perbedaan keyakinan, orang tuanya tidak merestui hubungan mereka.

"Lita, aku sangat sayang padamu. Mana bisa aku hidup tanpamu?" kata sang kekasih suatu saat.

"Ta-tapi ... kedua orang tuamu tidak merestui, Mas! Lita bisa apa? Sementara, Lita butuh dukungan mereka sebab sudah tidak punya siapa-siapa lagi," keluhnya.

"Sttt, tenanglah. Aku punya cara!" lanjutnya.

Cara yang menurutnya ampuh adalah cara yang tidak biasa. Lelaki yang didambakan menjadi suami itu, mengajak berhubungan raga. Jika memiliki keturunan, dia yakin, orang tua akan luluh dan mendukung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun