Kembali aku harus menelan pil pahit. Mas Tito pulang kampung menurut teman satu kelasnya.
Cakrawala pias sudah, lebur hatiku menanggung rindu pada mata elang dengan senyum teduh.
Aku menangis terisak di bahu Peni. Sedih itu tak bisa ku kelabui, harapan yang kuanyam dari Jakarta buyar sudah.
Peni menggenggam jemariku, menguatkan hatiku yang kadung pilu. Ku titipkan alamat rumahku di kampung kepada Peni.
Aku memintanya menyampaikan kepada Mas Tito. Peni berjanji dan meyakinkan, alamat  rumahu akan di sampaikan kepada Tito.
Senja suram menghias lelangit terminal Umbulharjo. Abu menggantung di lipatan cakrawala melambaikan tangannya padaku.
Peni mengantarku sampai aku menaiki bis. Aku pulang, dengan abu kesedihan yang masih menggurat kantong rinduku.
Aku kangen dirimu mas, airmataku mengalir sepanjang perjalanan Jogja-Jakarta. Rinduku mengaduk relung hatiku. Kamu di mana mas?
Segugus cinta kubawa berlari
Berbingkai rindu tak pernah mati
Di penghujung purnama aku mencari