"..." tatapan kosong itu sungguh membuat Tifa nyaris putus asa
"Sudah kamu tenang dulu ya, ada aku disini.. Siapa yang berkelakuan sekeji ini sama kamu Qani, bilang sama aku! Aku mohon!"
"..."
"..."
"Ibbas..." rintihnya
Seketika Dunia seperti ingin jatuh ke pundaknya, apa yang Tifa dengar benar-benar membuatnya terpukul. Ia tidak terima sahabat terbaiknya diperlakukan sehina ini. Ia berinisiatif menelepon Tabitha, dan memberi tahukan semuanya.
"Bitha... tolong ya, tolong laporkan saja ke polisi Ibbas pacar kebanggaanmu itu. Dia sudah sangat keji terhadap Qanitah!!! Kalau tidak, aku yang akan melaporkan kalian berdua ke polisi sekarang juga!!!" gertak Tifa sudah tak terbendung lagi emosinya.
Semenjak kejadian itu, Qanitah tak pernah lagi melakukan aktifitas apapun kecuali menyendiri dikamar. Perasaannya hancur, terlebih jika ia mengingat kondisi Ummi. Ia semakin menyalahkan dirinya seakan ialah sebab semua petaka dalam keluarganya. Ia ingat Abi yang telah memercayainya, bahwa ia wanita kuat yang mampu menjaga diri. Kak Iman, yang pasti sangat kecewa dengannya. Adik-adik yang mempunyai wacana buruk dari kakak perempuannya. Sungguh semua terasa amat berat baginya. Hingga kini keberadaan Ibbas masih tidak diketahui. Benar-benar masa dan pengalaman pahit bagi Qanitah.
Namun, sekarang Qani telah berhasil memajukan usahanya yang pernah ia taruhkan karena anggapannya bahwa hidupnya telah hancur itu. Usaha kaligrafi dan lukisan lainnya kini telah seringkali di ekspor ke Jeddah, Baghdad dan Kairo. Itu pun atas kerjasama dan perjuangan ka Iman untuk membuat Qani bangkit kembali meninggalkan masa suram yang meregang nyawa tersebut.
Kini Qani telah resmi bersaudara dengan Tifa, karena Tifa telah menjadi kakak iparnya. Kak Iman telah 5 tahun menikah dengan Latifa dan anak mereka Bram kini sedang bermain bersama si tampan Qoniif.
"Abiii...!!! Qoniif mau main bola sama Abi aja, Qoniif bosen sama Bram, hehehehe..." ucap si tampan kecil itu kepada Abi nya, yang tak lain adalah Ibbas.