"ikut gue aja, tabitha lagi marah sama gue gara-gara cemburu sama lo. Gue mohon lo jelasin apa adanya ke dia. Sekarang dia ada dihalaman belakang kampus. Pleeasee..."
"tapi.."
"pleeaasee Qani, gue gak mungkin minta tolong siapa-siapa lagi selain lo. Karena ini kaitannya sama lo, ya emang sih ini ulah gue juga. Gimana? mau yah? pleeeaaseee...!" pinta Ibbas dengan sangat memohon
"oke tapi saya mohon kamu janji setelah itu jangan pernah libatkan saya dalam hidupmu lagi Bas."
"Deal!"
Berjalan penuh ketergesaan mereka berdua menyusuri halaman belakang kampus yang sangat rindang. Nampaknya wajah Qani diselingi keheranan, karena selama ia berkuliah disini belum pernah ia singgahi halaman kebun belakang disudut jalan ini ia pikir. Aneh sekali, kok bisa-bisanya mereka (Ibbas dan Tabitha) tahu tempat tersembunyi seperti ini. Apa saja yang mereka lakukan ditempat sepi seperti ini dan jauh dari keramaian orang, Tanyanya dalam hati.
"Dimana Bitha, Bas?" tanya Qani mulai tak nyaman dengan tempat seperti itu
"Sudah ikut aku saja, dia sedang menyendiri karena kesal.."
Tak lama, sampailah mereka disebuah sudut kebun yang jauh dari perhatian orang banyak. Tempat tersebut adakalanya terkesan angker karena teramat sepi, walaupun terawat tetap saja buat Qanitah tempat tersebut sangat tidak membuatnya nyaman.
"Saya sama sekali nggak lihat Bitha. Dia baik-baik saja kan? kamu nggak macam-macam kan sama Bitha, Bas?"
"...."