Mohon tunggu...
Nindy Kumala
Nindy Kumala Mohon Tunggu... -

Membaca dan sangat mencintai untaian kata lewat tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Qanitah... Kamu Tetap Cantik! La Tahzan

14 April 2011   03:33 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:49 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1296626997332089489

"Itu adalah takaran kasih sayang yang Allah berikan khusus buatmu. Sudah, jangan terlalu dipikirkan ya, itu diluar jangkauan manusia untuk dipikirkan sayang, kita hanya patut mendoakannya. Ummi juga selalu mendoakanmu supaya kamu dilindungi dari pengaruh-pengaruh Ibbas yang buruk terhadapmu. Ohya, kamu bisa tanya sama Abi doa-doa untuk kasus seperti itu nanti malam pas mengaji"

"Oh begitu ya Mii, Iya Ummi nanti aku tanyakan sama Abi..."

Dua minggu berselang Qani mendapati suara kak Iman diseberang benua. Qani sangat antusias terhadap pembicaraan tersebut. Yang ia rasakan adalah kerinduan yang memuncak akan kehadiran kak Iman yang selalu meneduhkannya. Terlebih lagi ia sangat senang ketika kak Iman memberitakan kabar bahagia. Kak Iman ingin memodalkan Qani untuk usaha yang ia impi-impikan sedari dulu membuka butik lukisan kaligrafi kecil-kecilan. Kak Iman sangat tahu bahwa Qanitah mencintai melukis dan kaligrafi, maka kak Iman berinisiatif sesegera mungkin untuk tak membenamkan bakat adik perempuan satu-satunya yang tercinta itu.

Hingga sebulan kemudian hari yang dinanti-nantinya untuk menunggu modal kiriman kak Iman, banyak sekali hal yang telah gadis cantik itu rencanakan. Ia pun ber-nadzar jika usahanya sukses ia akan menghafal semua juz seperti yang seringkali Abi harapkan darinya. Diperjalanan kali ini menuju kampus wajahnya sangat berbeda, kali ini Qanitah lebih cantik dari biasanya, parasnya yang penuh kelembutan dan kesejukkan qolbunya yang terpancar dari rona pipinya. Qani juga sudah tidak sabar ingin berbagi cerita bahagia dengan Tifa. Orang yang sangat ia sayangi dikampus.

Namun, sesampainya dihalaman kampus yang rindang dan saat itu suasana memang sedang sunyi karena hampir semua Mahasiswa terlihat sedang asyik menyimak kuliah. Ibbas pun tiba menghampirinya, kali ini ia tidak bersama teman-temannya, Ibbas terlihat seorang diri. Dengan segera Qanitah menghindarinya, namun Ibbas memanggilnya dengan cara yang berbeda. Tidak ada kekasaran atau nada ejekan yang keluar dari bibirnya.

"Qani..."

"..."

"Qani, maafin gue sama temen-temen gue ya kemarin. Gue juga capek jadi orang yang elo benci. Gue mohon elo mau maafin gue dan berteman sekarang"

"Oke, saya maafkan. Dan saya pun tidak akan lagi benci denganmu Bas, tapi saya mohon jauhkan saya. Anngap saja kita tidak mengenal satu sama lainnya. Demi kenyamanan saya. Apabila ada sesuatu yang bisa kubantu, insyaAllah aku usahakan."

"terima kasih Qani, bisa bantuin gue sekarang?"

"bantu apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun