Keributan ini membuat beberapa teman sekelas mulai mendekat, penasaran, sebagian berbisik-bisik, sebagian lagi melihat dengan mata penuh ketegangan. Andi tak terima dibantah di depan teman-temannya. Tanpa berpikir panjang, dia mendorong Gendis mundur. Gendis terdorong beberapa langkah ke belakang, tetapi segera berdiri tegak lagi. Gendis menolak untuk mundur dari posisinya.
"Beraninya kamu!" Andi menggeram, lalu melayangkan pukulan ke arah Gendis.
Namun, Gendis cukup cekatan. Dia menangkis pukulan itu dengan tangannya, membuat suara benturan yang terdengar jelas di ruangan yang kini senyap. Tanpa ragu, Gendis membalas. Pukulannya meluncur cepat ke arah dada Andi dan membuat Andi mundur satu langkah dengan nafas memburu.
Suasana kelas semakin mencekam. Anak-anak lainnya diam, sebagian mulai mencoba melerai, tetapi ketegangan di antara mereka seolah-olah tidak bisa dihentikan.
Adinda yang awalnya terpojok dan diam, kini melihat dengan mata berkaca-kaca, seolah tak percaya ada yang berani membelanya.
"Kamu pikir kamu jagoan ya?" seru Andi, matanya menyala penuh amarah.
"Bukan soal jagoan, Andi. Ini soal benar atau salah," jawab Gendis, nadanya tegas namun tenang. "Beraninya kamu nge-bully orang yang nggak salah apa-apa. Adinda nggak pernah mengganggumu."
Kata-kata itu membuat Andi semakin panas. Dia menyerang lagi, kali ini dengan dorongan kuat yang hampir membuat Gendis kehilangan keseimbangan. Namun, Gendis berdiri tegak, menangkis dengan tenang meski tubuhnya sedikit berguncang. Latihan silat yang selama ini digelutinya ternyata tidak sia-sia
Di tengah perlawanan itu, Gendis menyempatkan menoleh pada Adinda, memberinya penuh dukungan yang seolah berkata, "Aku di sini untukmu."
Suara berat terdengar di depan pintu. Serentak semua anak memalingkan wajah ke arah pintu. Begitu juga Andi dan Gendis segera menghentikan perkelahian mereka. Di ambang pintu Pak Adrian---pembina OSIS sedang memandang tajam ke arah mereka. Andi tampak memegang perutnya yang kena pukul.
Pak Adrian masuk dengan pandangan penuh wibawa, dan dengan satu kalimat tajam.