Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Topeng Bab 2 Curahan Hati

8 Maret 2022   14:43 Diperbarui: 8 Maret 2022   15:17 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu tampak cantik laksana bidadari," ujarnya keceplosan.

"Kamu bisa saja. Gombal tahu," kata Centini sambil tertawa kecil.

Centini duduk dengan santun di hadapannya. Dia duduk sambil menyilangkan kaki kanannya. Bahasa tubuhnya gemulai sama dengan saat dia menari. Arman merasa kikuk saat berhadapan dengan Centini malam ini. Jantungnya berdebar tak beraturan.

"Kemarin kita belum ngobrol banyak ya, Tin. Padahal aku ingin tahu kabarmu lebih banyak. Kamu sudah menjadi penari hebat rupanya," Arman akhirnya membuka percakapan.

"Alhamdulillah, Man. Aku tetap eksis di dunia tari. Sejak lulus SMA aku berlatih ke seorang maestro tari Topeng dan beberapa pelatih tari daerah. Kemudian aku membuka sanggar tari di teras rumahku. Awalnya hanya beberapa murid yang mau berlatih di tempatku. Namun aku bertekad untuk melestarikan budaya daerah. Hampir tiga tahun aku mempromosikan sanggarku itu. Alhamdulillah akhirnya muridku semakin banyak. Muridku sebagian besar remaja-remaja yang punya kepedulian pada budaya nenek moyang," Centini bercerita panjang lebar,"Murid-muridku sering tampil di acara-acara yang digelar oleh pemda atau undangan perorangan."
Arman sangat kagum pada perjuangan Centini ini. Perempuan ini memang seorang pejuang sejak dahulu.

"Piala-piala itu?" tanyanya sambil menunjuk jejeran piala dalam lemari.

"Oh, itu hasil kerja keras murid-muridku. Mereka aku ikutkan di ajang lomba tari daerah di tingkat kabupaten sampai nasional."

"Kudengar kamu juga sering tampil di luar negeri?" tanya Arman lebih jauh.

"Aku sering diundang pada acara-acara di sana. Bukan hanya aku sendiri. Ada beberapa orang yang kuajak tampil dan melatih tari di beberapa KBRI. Alhamdulillah, mungkin karena banyaknya prestasi mereka, banyak remaja yang juga tertarik berlatih tari."

"Mengapa kamu tidak membuat sanggar di sini, Tin?"

"Waktu itu aku membuat sanggar tari di rumah orang tuaku.  Aku bingung saai itu karena lahan di rumah ini   sangat sempit. Akhirnya ada seseorang yang membuatkanku sanggar. Itu sanggar Nyi Mas Gandasari tempat Dinda berlatih itu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun