"Selamat datang para pengunjung festival rakyat desa Surianenggala. Kami beritahukan pertunjukkan seni tradisional akan segera dimulai. Kami akan mempertunjukkan berbagai tarian tradisional, sintren, tarling, dan kesenian tradisional lainnya. Marilah Anda semua bergabung!" Suara itu lantang terdengar dari tempatnya berada. Beberapa pengunjung terlihat segera merapat ke depan panggung. Arman masih asyik menikmati empal gentong sambil minum es jeruk.
 "Mbak Yuni, Centini katanya mau tampil lagi sekarang?" tanya si pedagang dawet kepada Mbak penjual empal gentong.
 "Iya tah? Mesti pak lurah nambah kesemsem. Wong asline pak lurah cinta mati sama Centini," kata Mbak Yuni nyinyir.
Centini, rasanya dia tidak asing dengan nama itu. Lima belas tahun lalu dia punya teman SMA yang bernama Centini. Gadis itu memang manis dan menarik namun dia pendiam, lemah lembut, tetapi Centini itu pandai menari. Bila ia sudah berlenggak lenggok di panggung sekolah, hampir semua orang terkesima padanya.
Banyak teman-teman pria yang mencoba untuk menarik perhatian Centini, tetapi tak ada yang berhasil. Centini tetap pendiam dan penyendiri. Dia hanya dekat dengan beberapa orang teman termasuk Arman.
Mereka berempat, Arman, Diah, Centini dan Gondo bersahabat sejak kelas satu. Setiap hari, mereka berangkat dan pulang bersama-sama. Dengan berjalan kaki, mereka saling mencurahkan masalah yang ada. Mereka juga saling membantu satu sama lain.
Apakah yang dimaksud para pedagang itu Centini sahabatnya?
"Centini itu sinten, Mbak?" tanya Arman pada penjual empal.
"Itu lo Mas, gadis penari topeng yang terkenal itu. Dia sering dipanggil oleh para pejabat untuk menari," jelas Mbak Yuni,"Mas ini mesti bukan orang sini. Soalnya Mas tidak kenal sama Centini. Dia ayu tenan, Mas. Apalagi kalau sudah menari. Aura kecantikannya keluar dan memesona penonton. Cuma sayang, katanya dia juga menjadi perempuan tidak benar."
"Oh...tidak benar itu piye to?" ujar Arman pendek.
"Katanya sih Centini itu suka dipanggil sama bos-bos berduit. Malah dia jadi pelakor." Ucapan Mbak Yuni penjual empal gentong itu membuat Arman tersedak.