Malam ini cuaca sangat bersahabat. Langit tampak bersih dihiasi cahaya rembulan dan kerlip bintang. Suara gamelan terdengar dari kejauhan. Beberapa orang terlihat berbondong-bondong menuju lapangan desa Surianenggala. Hari ini adalah puncak dari pesta rakyat yang diadakan setahun sekali. Berbagai kegiatan ada di sini, mulai dari festival jajanan tradisional, pentas seni tradisional, sampai bazar pakaian dan sembako.
Biasanya dulu Arman tak pernah absen bila acara ini berlangsung. Dia pasti datang dan menikmati segala kegiatan dan pertunjukkan termasuk festival jajanan tradisional. Gerai empal gentong, docang, serabi, pepes tahu, tahu petis, bakso dan makanan lainnya berjejer di pinggir lapangan.
Arman masuk ke gerai empal gentong di sudut lapangan utara. Sudah lama dia tidak menikmati sajian daging berkuah ini. Apalagi ditambah dengan lontong dan sambal bubuk. Makannya ditemani kerupuk kulit. Mantap...serasa dunia tak lagi berputar. Ah...Arman sealay itu ya.
Arman memang sudah sepuluh tahun tidak pulang ke tanah kelahirannya ini. Sejak ayah dan bundanya meninggal, dia sudah tidak betah tinggal di kota yang penuh kenangan ini. Apalagi kedua orang tuanya tewas saat mereka akan menyeberang jalan. Pengemudi mobil tidak bertanggung jawab meninggalkan mereka yang terpental hampir lima meter ke pinggir jalan. Pengemudi itu melarikan diri karena memang pada saat kejadian jalanan tampak sepi.
 Dan yang lebih menyakitkan, polisi tidak berhasil menangkap pelaku tabrak lari itu. Tak ada saksi yang melihat kejadian itu sehingga polisi menutup kasus tabrak lari tersebut.
Akhirnya Arman dan kedua kakaknya harus ikhlas tanpa tahu siapa yang menabrak ayah dan ibu. Setiap dia mengingat kejadian itu, amarahnya memuncak. Akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan kota ini dan pergi ke Sukabumi.
Alhamdulillah dirinya diterima menjadi seorang guru di salah satu SMP di sana. Pengabdiannya dilakukan dengan sepenuh hati. Dia ingin melupakan kepedihan hatinya. Kedekatannya dengan kedua orang tuanya membuatnya begitu kehilangan.
"Silakan Mas dinikmati empal gentongnya," ujar si Mbak penjual empal gentong sambil tersenyum kepada Arman. Kehadiran penjual itu membuyarkan lamunan Arman. Kemudian Arman menikmati pesanan empal gentong itu.
"Tampaknya Mas bukan penduduk sini ya?" tanya penjual empal gentong itu. Arman hanya tersenyum.
"Soalnya saya baru melihat Mas di sini," lanjut si Mbak kepo. Arman kembali tersenyum. Arman tetap menikmati empal gentong.
Pemberitahuan dari pengeras suara mengusik perhatian.