"Begini, Pak, Ibu, saya harus menyampaikan kondisi Nadia. Kami sedang berusaha untuk memberikan pengobatan sebaik mungkin untuk Nadia. Tim dokter sudah berusaha sebaik-baiknya agar kondisi Nadia membaik. Namun mohon maaf, Bapak dan Ibu harus bersiap jika kondisi Nadia tidak ada perubahan atau justru semakin memburuk." Dokter Ichsan sangat berhati-hati menyampaikan berita itu kepada kami. Dia memandangku dengan agak cemas.
"Sebenarnya Nadia sakit apa, Dok?" Mas Danu memandang dokter Ichsan dan mengharapkan penjelasan/
"Begini, Pak, Ibu saya akan menjelaskan apa yang diderita oleh Nadia. Selama di dalam perut ibu, bayi dilindungi oleh air ketuban. Itu sebabnya, jika setelah air ketuban ibu pecah tapi bayi tidak kunjung keluar, maka akan membuat bayi rentan terkena infeksi dalam kandungan. Tidak ada lagi yang dapat melindungi bayi dari paparan lingkungan luar, sehingga kuman penyebab infeksi akan mudah masuk. Selain ada infeksi bakteri di saluran pencernaan Nadia, ternyata ada cairan dalam paru-parunya. Hal ini yang menambah kondisi Nadia semakin memburuk."
Penjelasan dokter Ichsan membuat lemas seluruh tubuhku. Kepalaku terasa diputar dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kemudian aku tak ingat apa-apa lagi.
Saat siuman, aku berada di ruang perawatan. Tubuhku terasa lemas dan sulit kugerakan. Aku melihat mas Danu dan anak sulungku sedang berdiri di sampingku. Pelan-pelan aku berusaha duduk.
"Alhamdulillah, Bunda sudah siuman. Hati-hati Bunda," kata Bimo sambil membantuku duduk.
"Bagaimana kondisi Nadia, Yah?" tanyaku sambil memandang mas Danu.
"Nadia dipindahkan ke ruang ICU, Bun. Kondisinya semakin memburuk. Kita harus ikhlas dan sabar, Bunda," ujar suamiku pelan. Dia pasti tidak mau membuatku pingsan lagi. Mas Danu dan Bimo memelukku dan memberikan kekuatan,
Aku terpaksa harus rawat inap karena tubuhku masih lemas. Luka bekas obat Caesarku terasa sakit sehingga aku tidak boleh bergerak banyak.
Keesokan harinya, selang infus di tanganku sudah bisa dicopot. Aku sudah pulih. Aku memang harus kuat menerima ujian ini.
Kemudian aku meminta mas Danu mengantarku ke ruang ICU. Aku ingin menengok Nadia. Tubuh mungilnya dipenuhi oleh kabel dan selang. Di bagian dada ada alat yang dihubungkan dengan EKG. Hidung Nadia dipasangi selang oksigen dan tangannya ditsuk oleh jarum infus.