Keesokan harinya, hari Sabtu siang dokter memberiku obat suntikan dengan harapan aku bisa terinduksi dan.melahirkan normal. Hingga pukul 8 malam rasa kontraksi  itu pun belum ada.
"Wah, ambang sakit ibu tinggi sekali, ya. Biasanya pasien yang diberi obat induksi saja segera mulas. Dan kata mereka sakitnya tak tertahankan . Tapi ibu sampai diberi suntikan , Â belum kontraksi juga," ujar dokter Adrian.
Akhirnya dokter Adrian memutuskan untuk mencoba induksi dengan balon. Saat itu aku mengiyakan tanpa paham efek dari tindakan itu. Hingga pukul 2 dini hari, kontraksi  itu tak kunjung hadir juga.
Sepanjang proses melahirkan itu, suamiku tampak tegang. Bagaimana tidak dua hari dua malam bayi kami belum dilahirkan. Aku juga berusaha membaca ayat-ayat Al Qur'an , meminta pertolongan kepada-Nya agar kelahiran anak kedua ku lancar.
Saat menjelang subuh, bayiku belum dilahirkan juga sementara air ketuban sudah pecah karena tindakan induksi tadi malam. Dokter akhirnya memberitahu bahwa persalinanku harus dengan tindakan operasi.
Mendengar kata operasi saja, tubuhku sudah gemetar. Aku membayangkan proses operasi Caesar yang mengerikan. Suamiku menguatkan hatiku.
Keesokan harinya, Â aku dibawa ke rumah sakit. Aku tidak sadar saat operasi berlangsung. Aku mungkin dibius total karena tubuhku sudah kehabisan tenaga. Selang beberapa jam, aku siuman dan sudah berada di ruang perawatan. O ya, bayi mungilku kuberi nama Anadia. Dia lahir dengan berat badan 4,2 kg dan tinggi 54 cm. Kata ibu mertua ku, dia mirip dengan ayahnya.
Kebahagiaan kami lengkap sudah karena sudah dikaruniai sepasang anak, laki-laki dan perempuan. Aku belum bisa menengok anakku karena masih belum bisa jalan. Bayiku dirawat di ruang bayi yang letaknya agak jauh. Setiap pagi, bayiku dibawa ke ruanganku untuk aku beri ASI. Mungkin efek dari operasi, ASI-ku tidak keluar. Oleh karena itu bayi mungilku diberi susu formula.
Satu Minggu aku dirawat di rumah sakit . Tepat hari Kamis aku diperbolehkan pulang sedangkan anakku masih harus di inkubasi karena kulitnya kuning. Menurut dokter kadar billirubin pada bayiku sangat tinggi sehingga kulit dan mata bayiku kuning.
Dengan ikhlas kubiarkan bayiku tinggal di rumah sakit lebih lama. Â Setiap pagi suamiku menengok.
Setelah satu minggu, Nadia diizinkan pulang. Namun kebahagiaan itu sirna saat melihat kondisi Nadia. Setelah berada dua hari di rumah, aku melihat ada sesuatu yang berwarna putih di mulut Nadia.