Atas saran ibu mertua, aku membuat minyak kelapa dan dioleskan ke mulut. Sesaat Nadia menangis saat kuoleskan minyak kelapa tersebut. Akhirnya aku membawa Nadia ke dokter.
"Mengapa ada warna putih di mulut anak saya, Dok?" tanya ku pada dokter Diana yang selesai memeriksa Nadia.
"Ibu tidak memberikan ASI ya kepada bayi ibu?" tanya dokter Dian balik bertanya.
"Iya, Dok. ASI saya belum keluar paska operasi. Lalu apa yang ada di mulut Nadia?" Aku memandang dokter Dian tak sabar.
"Warna putih itu jamur. Karena bayi ibu meminum susu formula sehingga jamur itu mudah tumbuh. Bayi balu lahir sebaiknya hanya diberikan ASI sehingga tidak mudah terkena bakteri dan jamur yang berasal dari botol dan sebagainya.
Dokter Dian memberikan obat anti jamur untuk Nadia. Kami pulang dengan harapan Nadia segera pulih.
Namun kondisi Nadia semakin memburuk. Jamur sudah merambat ke bagian mulut bagian dalam padahal baru lima hari ada di rumah. Nadia menangis terus menerus karena pasti mulutnya terasa perih.
Akhirnya kami membawa Nadia ke rumah sakit. Nadia harus dirawat inap agar proses pengobatannya terawasi. Rasanya sedih dan sakit di hati ini melihat bayi mungilku harus tidur di dalam inkubator dengan selang di bagian hidung dan dadanya.
Rasa sakit paska operasi caesar tidaklah seberapa dibandingkan rasa sakit dan pedih melihat kondisi Nadia. Bayi mungil yang masih berusia 12 hari harus dipasangi alat-alat kesehatan dan selang infus.
Siang itu, setelah hari 5 Nadia menjalani perawatan, kami dipanggil oleh dokter Ichsan, dokter anak yang menangani Nadia, ke ruangannya. Dengan perasaan cemas aku dan suamiku masuk ke ruangan doter Ichsan.
"Silakan duduk, Pak, Bu," ujar dokter Ichsan mempersilakan kami duduk di kursi yang ada di depannya. Selanjutnya kami menunggu apa yang akan disampaikan oleh dokter Ichsan.