Aku melihat Cinta yang berwajah pucat. Dia masih terlihat lemas.
"Apa yang terjadi,Bu?" Â tanyaku pada perempuan yang berada di sampingnya.
"Tadi si Eneng pingsan. Kepalanya terbentur trotoar. Dahinya berdarah," ujar si ibu sambi memasang perban di dahi Cinta.
"Cinta, kamu baik-baik saja?". tanyaku pelan. Aku terpaksa memegang bahunya," Ayo kita pergi ke dokter ya."
"Siapa kamu?" tanya Cinta sambil memandangku aneh. Dia berusaha menepis tanganku.
"Aku Yudha teman kuliahmu," jawabku meyakinkan. Aku sejenak merasa aneh. Kok Cinta tidak mengenalku. Apakah akibat dia pingsan dan terbentur tadi. Mungkin dia terkena amnesia seperti cerita sinetron yang suka ditonton bunda.
"Maaf, tolong, ibu bisa memapah teman saya ini ke mobil saya," pintaku kepada sang ibu. Si ibu menganggukan kepalanya dan memapah Cinta perlahan menuju mobilku.
Aku melihat Cinta tidak menolak ajakan ku untuk pergi ke dokter. Dia duduk di depan sambil menahan sakit di kepalanya.
Sesampainya di sebuah klinik, aku turun dan meminjam kursi roda. Aku meminta tolong kepada seorang perawat untuk membawa Cinta ke ruangan IGD.Â
 "Maaf, aku minta tolong, lakukan yang terbaik untuk teman saya , Dok," pinta saya kepada dokter di ruangan IGD.
 "Baik, Mas. Silakan mas tunggu di depan dulu. Saya akan memeriksa teman Anda," jawab dokter kemudian.