"Yudha , mengapa kamu jadi bengong begitu!" suara keras Ani menyadarkanku yang larut dalam luka hati ini.
"Memang Cinta tidak bercerita kepadamu?" tanya Ani lagi.
"Tidak tuh,Ni." jawabku singkat .Lalu Ani permisi karena akan melayani pengunjung yang mulai ramai.
Aku  menelepon Cinta. Siapa tahu dia menjawab teleponku. Tut...tut...tut...suara hand phoneku pertanda orang yang kuhubungi sedang tidak aktif. Aku memutuskan untuk pulang sambil merasakan sesuatu di dadaku. Kecewa...marah...kesal.
***
Langit di Bandung Utara kali ini tampak kelam. Awan hitam menggelayuti sebagian wilayah. Suara guntur terdengar berkali-kali. Wah...pasti sebentar lagi hujan lebat disertai kilat akan datang menemani sore ini.
Aku mempercepat laju mobilku di boulevard Setiabudi. Aku ingin segera tiba di rumah dan berbaring di  kasurku sambil ditemani secangkir kopi panas dan goreng pisang buatan bunda.
Tepat di jalan Cihampelas aku melihat kerumunan orang. Rupanya ada yang terkena musibah. Aku menjalankan mobil pelan-pelan karena jalanan cukup macet juga.
Aku masih sempat melihat kerumunan yang agak terkuak karena ada seorang satpam yang mengusir orang-orang yang berkerumun.
"Sudah..sudah ..bubar tidak perlu jadi tontonan!" teriak sang Satpam itu keras. Â Orang-orang itu mulai meninggalkan kerumunan.
Aku sempat melihat tubuh seseorang yang berhijab sedang dibantu duduk  oleh seorang ibu. Aku sempat melihat wajah gadis itu. Aku seperti kebal dengannya.
"Cinta ! Itu kan Cinta!" ujarku keras. Serta merta aku memijit tombol lampu sen mobilku dan meminta parkir di tempat yang  tidak jauh dari tempat Cinta tergeletak
Setelah aku memarkirkan mobil dengan aman, aku segera berlari ke arah kerumunan tadi.
"Maaf, maaf pak. Permisi, ini teman saya. Biarkan saya membantunya," kataku sambil meminta jalan.