Lini pun turun sebentar untuk pamitan, berlari menuju ke dapur “Buk aku berangkat dulu ya”.
“Iya nak hati-hati tidak usah tergesa-gesa. Itu jangan lupa bekalnya dibawa ya!” jawab bu Yuni sambil menunjuk ke arah meja makan.
“Wah, pasti uenak pol nih, terimakasih ibuk” ucap Lina sambil mengecup pipi ibunya dengan penuh kegirangan. Seperti itulah bahagianya seorang anak yang selalu cocok dengan masakan ibunya. Tak lama setelah itu, Lini segera kembali menaiki motornya dan berangkat menuju kedai kopi tempatnya bekerja.
Sampailah Lini di depan pintu kedai “Din,bos ada nggak? bos ada nggak?” tanya Lini dengan nada terengah-engah.
“Nggak ada lin. Ini tadi katanya bos lagi ada di kedai yang di Karangrejo. Eh tapi kenapa kamu tumben hari ini siang banget datangnya?”.
“Alhamdulillah, iya hari ini aku bangun kesiangan, tadi malam nggak bias tidur” jawab Lini dengan menghela nafas lega.
“Ya sudah tolong antar ini ke meja nomor 8 ya!”. Lini langsung mengambil nampan untuk mengantar pesanan itu. “Huft akhirnya... nggak jadi kena marah besar” gerutu Lini.
Waktu terus berjalan sampai tak terasa sudah larut malam “Lin? Sudah jam 9 lebih tuh kamu nggak siap-siap pulang?” tanya Dino.
Lini yang tadinya asik membereskan meja pun seketika langsung mengambil tasnya “oh iya sampai lupa aku. Ayo pulangg!”.
Mereka berdua pun menutup kedai dan bergegas untuk pulang karena waktu yang sudah cukup larut malam dan jalanan-pun juga sudah sangat sepi, Dino yang tidak tega membiarkan Lini pulang sendirian mempunyai inisatif untuk mengantarnya pulang dengan mengawalnya dari belakang sampai pada titik lokasi yang dirasanya aman.
“Terimakasih Dino. Untung ada kamu kalau tidak pasti aku bawa motornya ngebut”.