Mohon tunggu...
Nimatul Fauziah
Nimatul Fauziah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ni'matul Fauziah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tuhan, sesungguhnya, terlalu banyak perkara untuk aku syukurkan. terlalu banyak perkara untuk aku ungkapkan. namun cukuplah tangisan kesyukuran. semoga ia menjadi tanda, atas betapa aku bersyukur atas nikmat-Mu. Terima kasih :) ✨

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ingin Menjadi Seorang Youtouber

1 Januari 2022   07:37 Diperbarui: 1 Januari 2022   07:42 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keinginan Menjadi Youtouber

                                                                                                        Karya : Ni'matul Fauziah

Namanya Jajang, dia adalah murid yang selalu mendapatkan rangking 3, sebelum terakhir tapinya. Mendapat rangking sebelum terakhir dari waktu dia masuk sekolah dasar (SD) sampai dia lulus dari sekolah menengah atas (SMA).

Jajang tidak ada keinginan untuk menjadi siswa pintar, dia sadar, otak dia tidak mampu untuk menjadi siswa yang pintar. Tetapi orang tuanya, selalu memaksakan Jajang untuk menjadi siswa yang pintar, "minimal masuk 10 besar," Ucap kedua orang tua Jajang.

Orang tuanya adalah seorang guru, Ayahnya bernama Cecep, dan Mamahnya bernama Ida.mereka berdua adalah orang tua dari Jajang. Orang tua Jajang, punya keinginan, menjadikan Jajang seorang guru. Agar suatu saat nanti bisa menggantikan Orang tuanya.

Orang tuanya selalu mengorbankan segala uangnya, agar Jajang menjadi anak yang pintar. Sewaktu kecil Jajang selalu mengikuti bimbingan belajar (BIMBEL). Akan tetapi tidak ada perubahan sama sekali untuk Jajang. Tidak tahu kenapa, sepertinya tidak ada keturunan otak gurunya. Jajang juga gagal dalam tes di kampus manapun. Dia di tolak di kampus manapun

Walaupun dia sering gagal di dalam hal pendidikan, di sisi lain, dia mempunyai sebuah bakat. Jajang suka sekali membuat video di youtube, walaupun dari Sd dia  membuat, dan terus menjalankan youtube nya hingga lulus Sma, Subscribenya masih saja 3,  tidak pernah bertambah sampai sekarang. Dia juga senang sekali menggambar, menulis, mengedit video, ataupun foto, bahkan dia juga senang sekali berakting seperti aktor film lainnya.

Walaupun ada beberapa seni yang dia bisa, tetapi nilai sbknya selalu pas, tidak pernah mendapatkan nilai 100 dalam perjalanan hidupnya di sekolah. Walaupun dia juga sering menulis cerita Karanganya, tetap saja materi bahasa indonesia tentang penulisan, selalu mendapatkan nilai yang pas. Tidak pernah mendapatkan nilai 100.  Mungkin sekarang dia bingung, mau kemana sekarang dia ingin pergi.

Satu bulan kemudian, setelah Jajang gagal tes kuliah dimanapun...Di rumah Jajang, di dalam dapur terdapat orang tua Jajang, dan juga Jajang.

Jajang meminta izin kepada kedua orang tuanya, agar orang tuanya jangan memaksakannya untuk menjadi seorang guru. Dia  ingin mencoba hal lainnya, karena dia sadar, dia tidak kuat untuk menjadi seorang guru. Meskipun nanti dia menjadi guru karena kekuatan orang dalam, dia sadar! ilmu tidak bisa di kasih sembarangan. Dia juga sadar, kalau misalnya nanti ada yang bertanya kepada dia, dia pasti tidak bisa menjawabnya.

Lalu dia berbicara kepada kedua orang tuanya, "Ayah, Mamah, Jajang kagak bisa jadi guru! Jajang sadar, Jajang malas, bukan berarti Jajang nggak mau usaha, Jajang sudah berusaha, tapi Jajang sadar, Jajang nggak bisa menjadi guru. Mungkin kalau misalnya, Ayah, dan Mamah tidak menyuruh Jajang menjadi guru, Jajang akan mencoba hal lainnya. Memang sih ini permohonan, Ayah, dan Mamah, buat nanti keturunan, sebenarnya Jajang juga tidak enak berbicara seperti ini," Ucap Jajang dengan muka sedih.

"Bener juga sih, kayaknya Mamah terlalu maksain kamu deh. Seharusnya Mamah jangan terlalu maksain kamu buat jadi guru! Mulai sekarang terserah kamu deh, asalkan menjadi yang lebih baik," Ucap Mamah dengan senyum di bibirnya, sambil menengok ke arah Jajang.

"Nggak usah minta maaf mah, Jajang juga yang salah, tapi Mah, terima kasih, " Ucap Jajang dengan wajah senang.

"Iya, mau salah gk salah, kita minta maaf aja, intinya kita harus saling memaafkan," Ucap Mamahnya.

"Ya mah, bener juga, terima kasih ya Mah. Tapi," Ucap Jajang.

"Kalau Ayah gimana?. Ayah Setuju gak?" Tanya Jajang dengan wajahnya yang ragu.

"Benar sih kata Mamah. Ayah setuju dengan omongan Mamah. Kalau Ayah setuju aja, tapi Ayah mau nanya nih, emangnya kamu udah punya tujuan?" Jawab Ayah dengan wajah serius.

"Belum tahu sih, mau kemana nanti, tapi Jajang usahakan secepatnya Jajang bakal nemuin tujuan Jajang, untuk kedepannya mau jadi apa," Ucap Jajang dengan raut muka yang pura-pura bahagia.

Ayah ingin bertanya, kenapa kamu berhenti bermain bola, padahal dulu kamu sering sekali bermain bola. Apa karena Ayah menyuruh kamu untuk menjadi guru? "Tanya Ayah dengan senyum di wajahnya.

"Bukan karena Ayah, bukan karena Mamah juga, waktu itu banyak orang yang bilang, kalau misalnya jadi pemain bola itu nggak enak Nanti tuh katanya bisa, tangan patah, kaki patah, kesamber petir. Nah dari situ, jadi males main bola," Jawab Jajang dengan wajah pura-pura bahagia.

"Hahaha.. Kamu lucu banget sih, itu namanya resiko lah, setiap kegiatan atau hal lainnya, pasti punya resiko. Ayahkan guru, Ayah harus sabar mengajar murid - murid lainnya, itu resiko guru. Ayah jadi suami Mamah kamu, Ayah harus menjaga Mamah dan juga kamu, itu juga salah satu resiko. Kamu gimana sih," Ucap Ayahnya.

"Iya sih bener juga ya, Yah," Ucap Jajang

"Terus mau jadi pemain bola?," Tanya Ayahnya.

"Gak mau deh,takut kesamber petir. Hehehe," jawab Jajang dengan raut wajah yang ragu.

"Yaudah terserah kamu deh.. Hobi kamu memangnya apa?, dan kamu lagi senang mengerjakan apa?" Tanya Ayah.

"Hobi sih suka buat video, lagi senang juga gambar, menulis, mengedit, dan berakting," jawab Jajang.

"Nah kenapa kamu nggak mencari lewat hobi kamu aja! Atau nggak yang kamu senang kerjakan," Ucap Ayahnya dengan wajah bahagia.

"Bener juga Yah, terima kasih Ayah, nanti Jajang bakal usahakan deh," Ucap Jajang dengan raut muka yang ceria.

"Kamu pasti Bisa nak, sekarang Ayah, dan Mamah tidak memaksakan kamu lagi, semangat," Ucap Ayahnya.

"Ya, kamu pasti bisa, jangan lupa doa, jangan usaha doang tapi gak doa," Ucap Mamahnya.

"Pastinya, terima kasih buat, Ayah, dan Mamah. Atas doa dan dukungannya," Ucap Jajang".

Satu minggu kemudian....

Jajang juga meminta izin untuk pergi dari rumahnya, karena Jajang ingin membuka lembaran baru untuk cerita hidupnya. Dia memilih untuk mengekos bersama temanya yan bernama Jaja, di daerah yang tidak dekat dari rumahnya.

Jaja adalah teman lamanya, dari dulu hingga sekarang. Jaja masih bermain dengan Jajang. Meskipun Jajang bodoh, Jaja nggak peduli dengan hal tersebut. Dia tetap menganggap Jajang itu adalah teman, bahkan sahabat. Kini akhirnya mereka sudah memutuskan, untuk berjuang bersama -  bersama.

Lalu mereka sampai di kosannya, dan merapihkan kamar barunya, walaupun pertama kali  meraka melakukan hal ini, tapi mereka yakin, kalau mereka itu bisa mencapai impiannya.

Keesokan harinya..... Di dalam kosan

"Lu yakin mau jadi seniman?" tanya Jaja

"Gak tau deh, labil gua nih," Ucap Jajang.

"Kok labil?, gimana sih, terus lu kemarin ngomongnya mau jadi seniman, "Ucap Jaja dengan muka sedikit kesal.

"Kata Ayah gua, gua suruh ngerjain aja dulu hobi gua atau yang gua sukain. nggak yakin sih, youtube gua aja subscribenya masih segitu aja, gak ada perubahan sama sekali. Yang subscribe cuman tiga, itu juga, Ayah gua, Mamah gua , dan account kedua gua, " Ucap Jajang dengan muka sedih.

"Yaudah jalanin aja dulu, ikutin aja apa kata Orang tua mah. Kalau youtube lu selalu segitu aja, berarti lu harus bikin yang beda, kata lu nggak ada perubahan, nah berarti lu harus ngerubahin youtubenya. Soalnya nggak lu ubah, bakalan segitu aja. Ngomong - ngomong subscribe lu  nambah jadi 4, tadi pagi gua subscribe," Ucap jaja.

"Iya sih! benar banget omongan lu, seharusnya gua gak begini, gua harus membuat lembar cerita baru, "Ucap Jajang.

"Nah semangat, kita buktikan kalau kita bisa," Ucap Jaja dengan muka yang semangat.

Pada akhirnya, Jajang ingin membuka lembaran baru hidupnya, meskipun dia antara yakin, dan tidak yakin. Disisi lain ada jaja yang membantunya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun