" Elang? kamu gak salah . Coba inget ... "
" Betul. Elang tante. Rambutnya agak gondrong. Tinggi seperti dokter itu ". Terangku.
Sesaat dia menarik nafas. Kerutan keningnya melukiskan ada sesuatu yang disembunyikan. Wajahnya semburat murung.
" Dia sudah meninggal setahun lalu, nak. Kecelakaan. Sayang anak sebaik dia harus pergi dengan cara mengenaskan. Dan sejak itu keluarganya pindah ke Surabaya. Rumah itu dibiarkan kosong sampai sekarang. "
" Haa... " mulutku ternganga. Serasa ribuan batu menimpuki tubuhku.
" Iya , Elang sudah meninggal, sayang." papa nimbrung.
Aku tercekat. Bagaimana mungkin. Jadi yang menemaniku semalam itu, arwah. Kepalaku makin berdenyut.
" Santi pingsan lagi, bu ..." entah suara siapa. Â Â
*Tamat*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H