" Ternyata beginilah kehidupan, mau di pesantren mau di luar, kejahatan tetap ada, setan tentu akan terus menggoda dimanapun kita berada, aku akan tetaplah waspada agar tidak akan mudah tergoda, berprasangka baik saja, mungkin Ustadz dalam keadaan kepepet, toh beliau tentu sudah menerima hukumannya" batinku, kemudian aku menghentikan langkahku saat sampai di depan kantin yang penuh dengan orang yang berdesakan.
   Aku menghela nafas sejenak sebelum ikut bertermpur berebut jajan di dalam sana, sekilas ku lihat siliet seseorang yang sangat familiar di mataku, yah itu  Mita, yang kerudungnya sudah tak beraturan karena berdesakan.
" Mita wahid!" ujarku memberi isyarat satu pada gorengan yang di pegangnya, namun ia malah memincingkan mataya memberiku isyarat untuk ikut berempur disana.
                                                                  SELESAI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H