Mohon tunggu...
Nikolaus Loy
Nikolaus Loy Mohon Tunggu... Dosen - Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Menulis artikel untuk menyimpan ingatan. Menulis puisi dan cerpen untuk sembuh. Suka jalan-jalan ke gunung dan pantai. Suka masak meski kadang lebih indah warna dari rasa.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Presiden Baru dan Tantangan Deindustrialisasi

17 Februari 2024   08:59 Diperbarui: 19 Februari 2024   17:01 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Industrialisasi. (Sumber foto: KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Salah satu visi pasangan Prabowo Gibran adalah melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi. Satu tantangan yang dihadapi presiden baru adalah gejala deinsutrialisasi dalam ekonomi Indonesia. 

Jika hendak mempertahankan petumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja, pertumbuhan industri menjadi instrumen kunci. 

Di tengah lingkungan ekonomi global yang makin kompetitif, meningkatkan kembali pertumbuhan industri harus menjadi prioritas Prabowo Subianto jika dilantik sebagai presiden baru.

Deindustrialisasi

Deindustriliasasi, secara sederhana, dimaknai sebagai penurunan pertumbuhan industri dalam sebuah kawasan atau negara. 

Penurunan itu ditandai dengan berkurangnya kontribusi sektor industri dalam produk domestik bruto sebuah negara. Tanda lain adalah menurunnya persentase industri dalam total ekspor sebuah negara. 

Dampak deindustrialisasi ekstrim adalah penurunan persediaan lapangan kerja. Karena tidak ada industri baru yang bertumbuh atau bahkan pertumbuhan minus, jenis pekerjaan baru tidak bertambah.

Sebab deindustrialisiasi berbeda dari satu kasus ke kasus lain. Di negara-negara industri maju, seperti AS, deindustrialisasi terjadi baik karena relokasi industri atau globalisasi  produksi. 

Jadi, yang pertama terjadi ketika perusahaan memindahkan pabrik ke lokasi produksi ke luar dari negara asal, misalnya dari AS. Yang kedua perusahaan tidak lagi membuat semua komponen, tetapi melakukan produksi dengan menggabungkan komponen yang diproduksi dalam jaringan produksi global.

Pemindahan ini didorong oleh beberapa faktor seperti naiknya upah buruh di negara asal, keinginan untuk mendekati pasar, sumber bahan mentah dan  upah buruh murah di negara tujuan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun