Mohon tunggu...
Niken Anggraini
Niken Anggraini Mohon Tunggu... Wiraswasta - podcast: anchor.fm/saya-niken

Novel : Suweng Mbah Tukah (gratis di Fizzo), Numa Dan Benda Bertuah (gratis di Fizzo), Pangeran Gelatik (gratis di Fizzo), Dita dan Sena: Sang Penakluk (gratis di Fizzo), Berlabuh Di Sisimu (Kwikku), Oh My Beebu (Hinovel, Sago, Bakisah, Ceriaca), Diary Cinta Naelsa:Macaca (Hinovel, Bakisah, Ceriaca)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musibah vs Berkah

28 November 2022   12:26 Diperbarui: 28 November 2022   12:38 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bapaknya sendiri? Bapak kandung? Suaminya ibu?" tanyaku mencari kepastian.

"Iya. Suami saya. Bapak kandungnya dia,"

Aku mengangguk. Meski sedikit heran. Aku tadi bertanya seperti itu karena kukira bukan bapak kandung. Kalau tertekan pada bapak tiri wajarlah. Tapi kalau pada orang tua kandung kan jadi heran juga aku? Kok bisa?

"Suami saya orangnya kasar. Suka main tangan. Sering saya dipukulinya. Dulu waktu anak saya ini masih kecil dan belum saya sapih, sewaktu saya susui, bapaknya lagi kesal sama saya. Terus saya dipukulin. Sampai anak saya yang tadi itu jatuh dari gendongan. Sejak itu dia kalau lihat bapaknya sendiri suka takut,"

Aku cuma bisa menelan ludah mendengar ceritanya.

"Memang anak yang ini nggak pinter di pelajaran sekolah. Tapi dia pinter memahami perasaan saya. Fisiknya kan kuat, dia menawarkan diri ke tetangga-tetangga yang mau beli air, dia mau jadi jasa pikulnya. Jadi kalau ada tetangga beli air di gerobak gitu, anak saya yang tadi yang membelikannya di agen air bersih. Nanti dia yang ngangkat jerigen-jerigen air itu. Lumayan dapat uang dua ribu rupiah setiap satu gerobak air isi 8 jerigen,"

Aku menghembuskan nafas panjang mendengar kelanjutan cerita ibu itu.

"Uangnya dikasih ke saya. Katanya, ibuk ini buat belanja. Aku kasih dua ribu saja buat jajan di hari Sabtu nanti,"

Deg! Ada keharuan menyergap hatiku.

"Dia tahu kalau bapaknya suka marah-marah kalau saya mintain uang belanja,"

"Aah, ini sungguh menyesakan hati kisahnya," batinku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun