Mohon tunggu...
Niken oktavia
Niken oktavia Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Heart Of Borneo {Jantung Kalimantan}

Majoring In Publick Health ''Disetiap langkah kakiku berpijak, ada harapan yang ditanam oleh orang-orang yang mencintai serta merindukanku.''__KATA ANAK RANTAW__

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Perilaku Tidak Sehat Remaja

25 Maret 2020   17:51 Diperbarui: 25 Maret 2020   18:02 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
remaja sehat (nusantaranews.co)

Remaja adalah sekelompok umur yang memiliki kemampuan untuk produktif. Mempunyai kesehatan yang fisik yang lebih bagus dari pada orang dewasa.

Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah.

Masalah kesehatan yang dinilai paling sering dialami oleh remaja Indonesia antara lain kekurangan zat besi (anemia), kurang tinggi badan (stunting), kurang energi kronis (kurus), dan kegemukan atau obesitas.

Di dalam masa remaja terjadi agrowth spurt atau pertumbuhan cepat, juga pubertas. Pada fase tersebut, terjadi pertumbuhan fisik disertai perkembangan mental-kognitif, psikis, juga terjadi proses tumbuh kembang reproduksi.

Ada beberapa perilaku tidak sehat dilakukan remaja yaitu:

Remaja jarang sarapan.

Remaja lebih suka makanan siap saji.

Remaja cenderung konsumsi soft drink.

Remaja sedikit makan sayur dan buah.

Remaja semakin malas gerak.

Remaja jarang curhat sama orang tua.

Remaja sering kesepian.

Remaja pernah merasakan bully

Remaja tak jauh dari rokok

Selain itu, kerena beberapa faktor penyumbang perilaku tidak sehat remaja, berikut:

Anemia
Anemia terjadi karena kurangnya asupan zat besi dalam makanan dan minuman sehari-hari. Kalau terus seperti ini, bisa mengakibatkan penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi, kebugaran, dan produktivitas.

Anemia yang dialami remaja perempuan berdampak lebih serius dibanding laki-laki, karena mengingat mereka adalah calon ibu. Jika hal ini tidak diatasi, maka akan memperbesar risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur, dan berat bayi lahir rendah. Untuk itu konsumsilah daging merah, sayuran hijau, dan produk-produk yang mengandung zat besi sebagai asupan harian anak remaja.

Stunting
Merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat menimbulkan diabetes melitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas.

Kurus atau kurang energi kronis (KEK)
Penyebab dari masalah ini bisa karena pola asupan yang salah, takut gemuk, dan diet tidak sehat. " Kalau sudah terkena KEK, maka bisa menimbulkan berbagai penyakit infeksi. Oleh karena itu, harus mengonsumsi makanan bergizi seimbang," ujar Robert.

Obesitas
Robert memaparkan bahwa menurut Global Health Survey 2015 penyebab obesitas antara lain karena pola makan remaja yang buruk. Seperti jarang sarapan, kurang mengonsumsi makanan berserat, sering mengonsumsi makanan penyedap, serta kurang beraktivitas. Hal ini mengakibatkan risiko seseorang menjadi kegemukan, bahkan obesitas.

Tidak Rutin Beraktivitas Fisik

Hal ini dikarenakan saat sedang stress, seseorang cenderung menarik diri dari berbagai kegiatan, salah satunya kegiatan berolahraga. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja dan menyebabkan gangguan pada rutinitas berolahraga, akibatnya tubuh dapat menjadi lebih mudah gemuk karena kondisi stress dapat mendorong penumpukan lemak lebih banyak. Melakukan olahraga walaupun dengan intensitas yang lebih rendah saat Anda sedang stress dapat membantu Anda menjadi rileks karena membantu produksi hormon endorfin dan memperbaiki mood sehingga Anda dapat melewati masa stress lebih baik.

Berdasarkan Global School Health Survey (GSHS), hanya ada tujuh persen anak yang memenuhi standar yang baik dan benar untuk memakan buah dan sayuran.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (Kemenkes RI), berupaya menciptakan generasi muda yang sehat dan berkualitas. Caranya dengan memberantas HIV dan stunting. Namun terdapat data dari Riskesdas mereka mendapatkan 1/4 remaja Indonesia adalah perokok. Padahal rokok adalah salah satu faktor penyumbang berbagai penyakit berbahaya, mulai dari jantung, paru-paru, dan menjadi salah satu perilaku tidak sehat remaja

Kita lihat Keadaan kesehatan Remaja yang ada di Indonesia

Sejumlah remaja menghadapi masalah kesehatan yang kompleks, walaupun selama ini diasumsikan sebagai kelompok yang sehat. Dari beberapa survei diketahui besaran masalah remaja.

Dari survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan 17% perempuan yang saat ini berusia 45-49, menikah pada usia 15 tahun. Sementara itu, terdapat peningkatan secara substansial pada usia perempuan pertama kali menikah. Perempuan usia 30-34 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 9%, sedangkan perempuan usia 20-24 tahun yang menikah pada usia 15 tahun sebesar 4% (BPS and Macro International, 2008).

Menurut survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007, persentase perempuan dan lelaki yang tidak menikah, berusia 15-19 tahun merupakan :

Perempuan pertama kali pacaran pada usia kurang dari 12 tahun: 5,5%.dan pada usia 12-14 tahun: 22,6%

Lelaki pertama kali pacaran pada usia kurang dari 12 tahun: 5,0% dan usia 12-14 tahun: 18,6%

Kasus AIDS sampai dengan 31 Maret 2009 dilaporkan melalui laporan triwulan Direktorat jendral pengendalian penyakit dan pengendalian lingkungan (Ditjen P2PL), sebagai berikut:

Persentase kumulatif kasus AIDS

Kelompok usia: 15-19 tahun: 3,08% dan pada usia  20-29 tahun: 50,5%. Provinsi dengan jumlah pasien AIDS terbanyak pada pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah Jawa Barat, sebanyak 2.366 orang.

Berdasarkan riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2007:

  • Secara nasional persentase kebiasaan merokok penduduk Indonesia berumur lebih dari 10 tahun sebesar 23,7%, lelaki 46,8%; dan perempuan: 3 %. Jika kebiasaan merokok ini dibagi menurut karakteristik usia responden dapat didapatkan data bahwa pada usia 10-14 tahun: 0,7% dan usia 15-24 tahun: 17,3%.
  • Prevalensi anemi menurut kelompok umur 5-14 tahun: 9,4% dan 15-24 tahun: 6,9%.
  • Prevalensi cedera dan penyebab cedera menurut karakteristik responden usia 5-14 tahun, cedera akibat terjatuh: 78,4%.dan usia 15-24 tahun: cedera akibat terjatuh 47,9%.
  • Prevalensi kurang aktivitas fisik penduduk berusia 10 tahun menurut karakteristik usia: 10-14 tahun: 66,9% dan usia 15-24 tahun: 52%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kelamin lelaki: 41,4%; dan perempuan: 54,5%.

Tingginya perilaku tidak sehat pada remaja yang ditunjukkan oleh data di atas merupakan hasil akhir dari perilaku menyimpang remaja, pengetahuan remaja tentang kesehatan, nilai moral yang dianut, serta tidak adanya kondisi lingkungan yang turut memengaruhi. 

Demikian juga dengan penyalah gunaan obat terlarang yang dapat mengakibatkan terjadinya infeksi HIV yang selanjutnya menjadi penyakit AIDS dan akhirnya mengakibatkan kematian.

Secara tidak langsung masalah kesehatan remaja tersebut turut menghambat laju pembangunan manusia (human development) di Indonesia, dan pencapaian pembangunan tujuan millenium (millenium development goal).

Terkait pelayanan kebijakan kesehatan remaja di puskesmas dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien mengingat ketersediaan tenaga kesehatan dan kesanggupan jangkauan puskesmas ke segenap penjuru Indonesia bisa dijalankan.

Seperti keberadaan remaja sendiri, dari daerah perkotaan hingga terpencil perdesaan. Sesuai dengan kebutuhan, puskesmas sebagai bagian dari pelayanan klinis medis, melaksanakan rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi.

Rujukan sosial juga dilakukan oleh puskesmas, misalnya penyaluran kepada lembaga keterampilan kerja untuk remaja pasca penyalahgunaan narkoba, atau penyaluran kepada lembaga tertentu agar mendapatkan program pendampingan dalam upaya rehabilitasi mental korban.

Sedangkan rujukan pranata hukum untuk memberi kekuatan hukum bagi kasus tertentu atau dukungan dalam menindak lanjuti suatu kasus belum banyak dilakukan. Pelayanan komprehensif kepada remaja ini merupakan bentuk kerjasama berbagai sektor yang diawali dengan komitmen antar institusi terkait.

Bentuk pelayanan kesehatan remaja

Beberapa tahun terakhir mulai dilaksanakan beberapa model pelayanan kesehatan remaja yang memenuhi kebutuhan, hak dan selera remaja di beberapa propinsi, dan diperkenalkan dengan sebutan pelayanan kesehatan peduli remaja atau disingkat PKPR.

Sebutan ini merupakan terjemahan dari istilah adolescent friendly health services (AFHS), yang sebelumnya dikenal dengan youth friendly health services (YFHS).Pelayanan kesehatan remaja sesuai permasalahannya, lebih intensif kepada aspek promotif dan preventif dengan cara peduli remaja.

Memberi layanan pada remaja dengan model PKPR ini merupakan salah satu strategi yang penting dalam mengupayakan kesehatan yang optimal bagi remaja kita. Pelayanan kesehatan peduli remaja diselenggarakan di puskesmas, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya di mana remaja berkumpul.

Ini adalah salah satunya upaya mencegah agar terhindar dari perilaku tidak sehat remaja. Upaya preventif dan promotif perlu ditingkatkan bersama bahu membahu antara masyarakat dengan pemerintah setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun