Mohon tunggu...
Nihayatul Husna
Nihayatul Husna Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Katamu inspirasimu tindakanmu penyemangatmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Resensi Buku " Menuju Pemikiran Filsafat "

9 Februari 2020   18:34 Diperbarui: 9 Februari 2020   18:33 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

REVIEW BOOK " Menuju Pemikiran Filsafat "

Judul Buku

Menuju Pemikiran Filsafat

Nama Penulis

Muhammad In'am Esha

Penerbit

UIN Maliki Press

Tahun terbit

2010

Jumlah Halaman

156 halaman

Buku ini merupakan karangan dari Muhammad In'am Esha berjudul " Menuju Pemikiran Filsafat ". Buku ini memang saja ditulis untuk disuguhkan kepada mahasiswanya yang baru menginjak semester satu atau dua sebagai langkah awal memahami filsafat. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa beliau memilih Islam sebagai perspektif dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang berkenaan dengan filsafat. Hal ini sekaligus untuk menghilangkan anggapan bahwa filsafat tidak ada dalam islam. Pembahasan pada buku ini terdiri dari tujuh bab, dan setiap bab terdiri atas enam hingga delapan sub bab.

Bab I Kuasa dan Hasrat Pengetahuan

" Siapa yang menguasai pengetahuan, maka ia menguasai dunia ". Terbukti dari sekian banyak tokoh terkenal dalam peradaban besar dunia yang bermula dari orang yang memiliki pengetahuan.

Membincang Kekuasaan

Kata kekuasaan tidak terlepas dengan yang namanya politik. Antara kekuasaan dan politik bisa dikatakan satu hal yang saling berkaitan. Seperti contoh ketika kita membahas sejarah kerajaan x, maka yang dibahas adalah para raja, panglima, rakyat, kemajuan, dan lain sebagainya. Pada era dewasa ini, ada istilah sejarah politik yang lebih membahas tentang kondisi sosial masyarakat peradaban suatu wilayah. Kekuasaan mempunyai arti kemampuan pelaku dalam mengatur atau bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dalam melakukan kekuasaan, pasti tidak akan terlepas dari yang namanya pengetahuan, karena dalam memimpin untuk berkuasa, seseorang harus berpengetahuan sebagai instrumen tegas untuk membangunnya. Sejak awal keberadaannya, manusia sudah dianugerahi kekuasaan sebagai peran mulianya menjadi khalifatul ardl. Motivasi dalam berkuasa sudah jelas dalam jargon Rahmatallil'alamin yang bertugas mewujudkan rasa kasih sayang dan berbuat baik maka juga diperlukan pengetahuan. Kita juga harus bersikap kritis dalam menerima berbagai macam info yang masuk. Kuasa bukan milik, tapi fungsi dan kuasa bisa terjadi diamanapun, bersifat normalisasi dan produktif.

Manusia dan Hasrat Berpengetahuan 

Sejak keberadaannya, dalam rangka menjadi khalifah di bumi, manusia sudah dibekali dengan banyak kemampuan yang harus dikembangkan agar menjadi dinamis dibutuhkan rasa keingintahuan. Disinilah kemampuan dan keinginan akan saling berkaitan. Keinginan tahu tersebut yang menjadi motor penggerak dari pengetahuan. Nah, disinilah peran pemikiran dibutuhkan. Pengetahuan manusia terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu a) Indrawi : menjawab penasaran yang berpusat dari penyerapan indrawi b) ilmiah : mendetail, memuat proses dari apa yang ditanyakan c) Filosofis : menjawab dengan memerlukan ilmu rasionalisme d) Agama : yang didasarkan pada wahyu.

Islam dan Hasrat Berpengetahuan Manusia

Manusia sejak keberadaannya sudah dibekali dengan kemampuan berpengetahuan, tapi manusia masih melakukan penyelidikan untuk menggali pengetahuan yang benar. Menurut Al-Ghazali, perbedaan asasi antara manusia dan makhluk lainnya adalah terletak dari kemampuannya untuk mengetahui. Tapi dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa pengetahuan didapat dari Allah dengan cara terus membaca dan membaca.

Kuasa Pengetahuan : Menjadi Manusia Sejati

Rasa keinginan tahu dalam diri manusia merupakan modal dasar. Disisi lain, manusia juga dianugerahi keinginan untuk berkuasa. Dua hal ini harus diarahkan dalam mencari tujuan mulia yaitu mencari Ridha Allah. Allah menyebutkan siapa yang berilmu, pasti Allah angkat derajatnya. Jadi korelasi antara iman, ilmu, dan amal harus digabungkan, sehingga manusia akan menuju kesejatiannya dalam hidup atau insan kamil. Seseorang harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, karena ilmu aalah hal penting dalam menjadi dasar hukum tindakan dan perbuatan kita. Manusia sejati adalah manusia yang mampu mengorelasikan antara iman, ilmu, dan kuasa ilahiyah.

Bab II Filsafat dan Pemenuhan Hasrat Pengetahuan Manusia

Manusia dibekali dengan rasa keingintahuan yang menjadikan kehidupan manusia menjadi dinamis. Bab ini membahas tentang fulsafat yang menjadi modus dalam menjawab rasa keingintahuan.

Perihal Filsafat

Kata filsafat disini merupakan serapan dari kata philos dan Sophos yang artinya cinta kebijaksanaan, bisa diartikan " ingin mengerti dengan mendalam ". Istilah filsafat digunakan untuk mengartikan pengetahuan rasional murni, bukan ilmu yang diwahyukan atau diriwayatkan. Modus pemahaman filsafat meliputi produk ( hasil berfikir rasional ) dan proses ( kegiatan berfikir rasional ). Ciri-ciri pemikiran filsafat ada tiga, yaitu universal ( menyeluruh, memandang objek secara totalitas ) ; radikal ( berfikir secara mendalam ) ; rasional ( logis, sistematis, kritis ). Jadi, filsafat adalah proses berfikir dimana objek berfikirnya adalah segala sesuatu yang ada ( wujud ).

Filsafat sebagai Metode Berpengetahuan

Pengetahuan secara inderawi akan mendorong untuk merasakan keingintahuan lebih lanjut, dan inilah yang mendorong manusia memiliki beragam pengetahuan. Adakalanya dalam menyelesaikan masalah, manusia cukup menyelesaikan dengan berpedoman pada pengetahuan inderawi saja, tapi adakalanya menggunakan ilmiah, filsafat, atau agama. Maka kesemuanya itu, tergantung dari kebutuhan.

Al-Qur'an dan Model Berfikir Filosofis 

Al-Qur'an adalah sumber petunjuk dan arah perjalanan bagi seluruh umat manusia atau rahmatallil'alamin. Al-Qur'an memuat banyak aspek yang bersifat ritualistik, etis, dan filsafati. Ada dua model cara memahaminya : 1) dengan perangkat analistis dam 2) perangkat dari luar disiplin islam yang dipakai dalam filsafat. Filsafat menjadi sebuah metode, dan filsafat sebagai produk atau hasil pemikiran. Di dalam Al-Qur'am, ada banyak anjuran untuk melakukan penalaran rasional seperti dalam Q.S Al-Ghasyiyah 17-18. Al-Qur'an seringkali memerintahkan manusia untuk mengambil ibrah dari sesuatu yang sudah diketahui kepada sesuatu yang belum diketahui. Filsafat memiliki legitimasi teologis yang kuat kedudukannya sebagaimana metode Qiyas Syar'i. Ada ayat Allah " maka berfikirlah, wahai orang-orang yang berakal budi ". Menurut Ibnu Rusyd, ayat tersebut mengandung perintah wajibnya menggunakan Qiyas Aqliyah atau penalaran rasional.

Bab III Transmisi Filsafat dalam Tradisi Islam

Momentum Internasionalisme Islam

Dalam waktu yang tidak lebih dari dua abad perkembangannya, islam mampu mendominasi corak pemikiran yang berkembang. Perkembangan intelektual islam tidak terlepas dari fenomena internasionalisme islam yang mendunia. Dilihat dari sejarahnya, bangsa arab suka berperang, hal tersebut dengan tujuan mendapatkan harta rampasan perang. Kecenderungan berperang memperoleh penguatan teologis dengan adanya terminologi jihad. Sedangkan pada negara-negara di luar islam, jihad merupakan ketundukan kepada aturan islam. Momentum internasionalisasi inilah yang kiranya membuat islam mengadakan interaksi budaya dan intelektual yang akan membawa pada kemajuan peradaban islam. Diantara faktor-faktornya : 1) kemampuan kualitas moral dan spiritual 2) kegigihan 3) humanitarianisme dan egalitarianism. Dilihat dari dimensi sosiologisnya, ilmu yang terkait dengan ke Bahasa araban menjadi arus utama dalam intelektualitas masyarakat islam.

Penerjemahan : Semangat Religius-Ilmiah 

Madjid ( 2000:210 ) menyatakan falsafah tumbuh sebagai hasil interaksi intelektual antara Bangsa Arab muslim dengan bangsa-bangsa sekitarnya. Dalam proses futuhat merupakan proses yang santun terhadap peradaban. Disamping itu, adanya toleransi dan keterbukaan orang islam dalam melihat kaum agama lain. Meluasnya pemikiran rasional dalam islam tidak terlepas dari dukungan Khalifah Al Makmun, yang mengadakan transformasi pemikiran masa lalu melalui usaha penerjemahan. Beliau jugalah yang mendirikan Lembaga Baitul Hikmah yang berperan di bidang keilmuan.

Konstruksi Keilmuan dalam Tradisi Islam

Ilmu tentang syair dan orator adalah dua hal yang menonjol dalam realitas sejarah intelektual sebelum islam. Perkembangan intelektual islam mula-mula muncul berkaitan dengan Al-Qur'an dan Hadits. Tercatat pada abad ke-12 perkembangan intelektual islam telah melingkupi banyak bidang keilmuan. Hal tersebut tidak terlepas dari dukungan kuat dari penguasa. Kemajuan intelektual menguntungkan pihak islam dan juga masyarakat eropa yang memungkinkan akses terhadap ilmu warisan kuno. Menurut Mehdi Nakosteen penyebab kemunduran islam adalah banyaknya perpustakaan islam yang dihancurkan oleh tentara mongol.

Perkembangan Filsafat dalam Tradisi Islam

Filsafat banyak dipengaruhi oleh Yunani. Filsafat islam adalah filsafat yang di kembangkan di dunia islam dan menjabarkan prinsip-prinsip yang bersumber dari Al-Qur'an dan Hadits. Jadi, filsafat yang berkembang dalam islam yaitu yang memiliki corak dan khas sendiri dan bukan pengulangan dari pemikiran sebelumnya.

Bab IV Pohon Filsafat

Seperti layaknya pohin, filsafat terdiri atas akar, batang, cabangm dan ranting, yang kesemuanya itu mengandung makna terpenting.

Akar Filsafat

Ada empat hal yang merangsang orang berfilsafat yaitu ketakjuban, ketidakpuasan, hasrat bertanya, dan keraguan.

Batang Filsafat 

Filsafat pada hakikatnya adalah proses berfikir seseorang terhadap sesuatu. Dalam proses berfikir tersebut, mengandung tiga tahapan yaitu pengamatan, pengolahan, serta pemutusan. Suatu proses pemikran dikatakan benar apabila konklusinya ditarik sesuai dengan aturan hukum akal yang berlaku dan sesuai bukti yang ada di dunia.

Cabang dan Ranting Filsafat

Cabang disini hanya simbol yang melambangkan proses pemikiran dari filsafat, dan pokok pembahasannya adalah rantingnya. Ada tiga hal penting dalam filsafat : a) metafisika ( pembahasan filsafat komperehensif mengenai segala sesuatu yang ada ) b) epistemologi ( kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan ) c) aksiologi ( cabang yang membahas tentang nilai ).

Buah Filsafat

Dibagi menjadi dua yaitu yang bersifat essential-teoretis ( dengan tujuan dasarnya menemukan kebenaran ) dan yang bersifat aksidensial-praktis ( memberikan manfaat paraktis ).

Bab V Mengenal Metafisika

Apa Metafisika ?

Metafisika adalah cabang dari filsafat yang membahas tentang persoalan yang ada sebagai sesuatu yang ada. Metafisika merupakan permasalahan yang mendapat perhatian di kalangan para filsuf.

Fungsi Metafisika

Fungsi dari metafisika adalah untuk memahami hakikat realitas dan sebagai dasar pengetahuan, maka dari itu metafisika disebut juga dengan induk semua ilmu.

Pembagian Metafisika

Christian Wolff membagi menjadi dua bagian, terdiri dari umum ( disebut juga ontologi yang membahas tentang wujudnya sesuatu ) dan khusus ( terdiri dari kosmologi, teologi metafisik, dan filsafat antropologi ).

Persoalan Pokok dalam Metafisika

Ada tiga teori : idealisme ( segala sesuatu yang tampak wujud nyata dalam alam inderawi adalah gambaran dari dunia ide ) ; materialisme ( ada yang sesungguhnya bersifat material ) ; dualisme ( realitas terdiri atas materi dan mental yang bersifat fundamental ).

Bab VI Mengenal Epistemologi

Epistemologi, apa itu?

Epistemologi berarti kata, pikiran tentang pengetahuan. Epistemologi berkaitan dengan sifat, kemungkinan, cakupan, serta dasar-dasar pengetahuan. Epistemologi membahas reabilitas pengetahuan dan yang melakukan penelusuran tentang keakuratan sebuah sumber. Epistemologi disebut kriteriologi karena menetapkan benar tidaknya pengetahuan berdasarkan ukuran kebenaran.

Fungsi

Sebagai tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari ; sebagai dasar pengembangan kearifan dalam pengetahuan ; sarana atau alat untuk mengetahui variasi kebenaran pengetahuan. Dengan menggunakan epistemologi, kita juga bisa meramalkan kondisi ke depan dilihat dari kejadian atau tanda-tanda saat ini.

Objek Pengetahuan

Pada hakikatnya, objek pengetahuan bisa disebut sebagai segala sesuatu yang ada. Objek pengetahuan sendiri dibagi menjadi tiga : objek empiris (yang dapat ditangkap oleh indera lahir dan bathin) ; objek ideal (objek yang diadakan oleh akal) ; objek transenden (wujudnya ada, tapi berada di luar jangkauan).

Sumber Pengetahuan

  • Berasal dari pengalaman yang berdasarkan pada kemampuan indera
  • Berasal dari pemikiran yang berdasar pada akal/rasio, penerapan lanjutan karena indera yang bersifat terbatas
  • Bersumber pada hati, karena hati mampu memahami emosional yang tinggi, dan mampu mengenal objek secara langsung.
  • Bersandar pada khabar sadiq, yaitu pengetahuan yang bersumber pada otoritas (kesaksian) wahyu atau sumber yang terpercaya.

Klasifikasi Pengetahuan

Terdiri atas macam kehadiran (pengetahuan yang dilihat secara langsung dirasakan), diusahakan (pengetahuan yang tidak bisa dilihat secara langsung), inderawi (diperoleh dari serapan panca indera), rasional (diperoleh melalui penalaran), intuitif (yang diperoleh melalui intuisi), wahyu, dominatif (digunakan untuk berkuasa), deskriptif (digunakan untuk mendiskripsikan fenomena), dan emansipatoris (digunakan untuk memperjuangkan hak yang tertindas).

Kadar Pengetahuan

Pengetahuan hakikatnya terletak pada keputusan, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Manusia berpengetahuan tidak lain dalam rangka mengejar kebenaran. Spektrum kebenaran terdapat banyak macam, bukan hanya monoton melainkan beragam dan saling menyempurnakan.

Bab VII Mengenal Aksiologi

Apa Aksiologi itu?

Aksiologi secara bahasa berarti rasionalitas nilai. Jadi, aksiologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang nilai. Menurut Meinong, sumber nilai adalah perasaan, perkiraan, atau adanya kemungkinan kesenangan terhadap suatu objek. Suatu objek memiliki nilai karena ia menarik.

Ciri Nilai

Pada hakikatnya, nilai adalah sebuah kualitas. Menurut Frondisi, ciri-ciri nilai yaitu :

  • Parasit
  • Hierakhis, ketika kita menilai sesuatu, sebenarnya kita sedang melakukan hierarkhi atas nilai tertentu.
  • Non-substansi, yaitu tidak mempengaruhi materi sebuah benda.

Objektivitas dan Subjektivitas Nilai

  • Objektivisme Aksiologis
  • Menurut aliran ini, nilai merupakan unsur atau berada dalam objek dan dianggap berasal dari suatu objek melalui ketertarikan. Melalui emosi dan penalaran kita dapat melihat nilai secara langsung, sebagaimana persepsi inderawi.
  • Subjektivisme Aksiologis
  • Aliran ini menganggap bahwa nilai masuk kepada suatu pernyataan yang terkait dengan sikap dan mental. Nilai adalah suatu pengalaman, bukan berwujud sesuatu atau objek.
  • Relasionalisme Aksiologis
  • Menurut aliran ini, nilai adalah relasi atau hubungan yang saling terkait dengan yang saling berinteraksi. Nilai muncul dari arena yang telah dilakukan dengan kualitas peristiwa didalamnya.
  • Niminalisme atau Skeptisisme
  • Aliran ini berpendapat bahwa emosilah yang menentukan suatu nilai. Jadi, orang yang berselera rendah dalam menyikapi suatu karya seni tidak sedikitpun mengurangi keindahannya.

Etika dan Estetika

Etika

Pada hakikatnya, etika membahas tentang rasionalitas nilai tindakan manusia, tentang baik dan buruknya suatu tindakan. Disebut juga filsafat moral.

  • Etika Deskriptif
  • Etika ini berpedoman bertitik pangkal pada kenyataan bahwa terdapat berbagai fenomena moral yang dapat diuraikan secara ilmiah.
  • Etika Normatif
  • Etika ini menjelaskan tentang nilai-nilai yang seharusnya dilakukan serta memungkinkan manusia untuk mengukur tentang apa yang terjadi.
  • Meta-Etika
  • Merupakan studi analisis terhadap etika. Meta-etika ini dibentuk secara khusus untuk menyelidiki dan menetapkan arti serta makna istilah normatif yang diungkapkan lewat pernyataan etis yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan.

Estetika

Estetika adalah cabang filsafat yang mempersoalkan seni dan keindahan. Estetika disebut juga filsafat seni. Estetika dibagi menjadi dua bagian : deskriptif (menguraikan fenomena keindahan) dan normatif (menyelidiki hakikat serta dasar keindahan).

Keindahan terdiri dari berbagai ragam yang berbeda. Tapi ada dua hal yang penting, yaitu 1. Keindahan alami (yang tidak dibuat oleh manusia) 2. Hal-hal yang indah yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia, sehingga kita menilai hal tersebut sebagai keindahan.

Itulah ulasan dari buku Menuju Pemikiran Filsafat yang cocok untuk dijadikan bahan acuan mahasiswa semester awal dalam mengenali filsafat. Namun, di buku ini ada banyak kata-kata istilah asing yang sedikit sulit dipahami. Sehingga, ada yang tidak dipahami. Selebihnya, buku ini sangat terjangkau dan jelas pemaparannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun