Bab II Filsafat dan Pemenuhan Hasrat Pengetahuan Manusia
Manusia dibekali dengan rasa keingintahuan yang menjadikan kehidupan manusia menjadi dinamis. Bab ini membahas tentang fulsafat yang menjadi modus dalam menjawab rasa keingintahuan.
Perihal Filsafat
Kata filsafat disini merupakan serapan dari kata philos dan Sophos yang artinya cinta kebijaksanaan, bisa diartikan " ingin mengerti dengan mendalam ". Istilah filsafat digunakan untuk mengartikan pengetahuan rasional murni, bukan ilmu yang diwahyukan atau diriwayatkan. Modus pemahaman filsafat meliputi produk ( hasil berfikir rasional ) dan proses ( kegiatan berfikir rasional ). Ciri-ciri pemikiran filsafat ada tiga, yaitu universal ( menyeluruh, memandang objek secara totalitas ) ; radikal ( berfikir secara mendalam ) ; rasional ( logis, sistematis, kritis ). Jadi, filsafat adalah proses berfikir dimana objek berfikirnya adalah segala sesuatu yang ada ( wujud ).
Filsafat sebagai Metode Berpengetahuan
Pengetahuan secara inderawi akan mendorong untuk merasakan keingintahuan lebih lanjut, dan inilah yang mendorong manusia memiliki beragam pengetahuan. Adakalanya dalam menyelesaikan masalah, manusia cukup menyelesaikan dengan berpedoman pada pengetahuan inderawi saja, tapi adakalanya menggunakan ilmiah, filsafat, atau agama. Maka kesemuanya itu, tergantung dari kebutuhan.
Al-Qur'an dan Model Berfikir FilosofisÂ
Al-Qur'an adalah sumber petunjuk dan arah perjalanan bagi seluruh umat manusia atau rahmatallil'alamin. Al-Qur'an memuat banyak aspek yang bersifat ritualistik, etis, dan filsafati. Ada dua model cara memahaminya : 1) dengan perangkat analistis dam 2) perangkat dari luar disiplin islam yang dipakai dalam filsafat. Filsafat menjadi sebuah metode, dan filsafat sebagai produk atau hasil pemikiran. Di dalam Al-Qur'am, ada banyak anjuran untuk melakukan penalaran rasional seperti dalam Q.S Al-Ghasyiyah 17-18. Al-Qur'an seringkali memerintahkan manusia untuk mengambil ibrah dari sesuatu yang sudah diketahui kepada sesuatu yang belum diketahui. Filsafat memiliki legitimasi teologis yang kuat kedudukannya sebagaimana metode Qiyas Syar'i. Ada ayat Allah " maka berfikirlah, wahai orang-orang yang berakal budi ". Menurut Ibnu Rusyd, ayat tersebut mengandung perintah wajibnya menggunakan Qiyas Aqliyah atau penalaran rasional.
Bab III Transmisi Filsafat dalam Tradisi Islam
Momentum Internasionalisme Islam
Dalam waktu yang tidak lebih dari dua abad perkembangannya, islam mampu mendominasi corak pemikiran yang berkembang. Perkembangan intelektual islam tidak terlepas dari fenomena internasionalisme islam yang mendunia. Dilihat dari sejarahnya, bangsa arab suka berperang, hal tersebut dengan tujuan mendapatkan harta rampasan perang. Kecenderungan berperang memperoleh penguatan teologis dengan adanya terminologi jihad. Sedangkan pada negara-negara di luar islam, jihad merupakan ketundukan kepada aturan islam. Momentum internasionalisasi inilah yang kiranya membuat islam mengadakan interaksi budaya dan intelektual yang akan membawa pada kemajuan peradaban islam. Diantara faktor-faktornya : 1) kemampuan kualitas moral dan spiritual 2) kegigihan 3) humanitarianisme dan egalitarianism. Dilihat dari dimensi sosiologisnya, ilmu yang terkait dengan ke Bahasa araban menjadi arus utama dalam intelektualitas masyarakat islam.