Mohon tunggu...
Nihayatul Husna
Nihayatul Husna Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Katamu inspirasimu tindakanmu penyemangatmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Resensi Buku " Menuju Pemikiran Filsafat "

9 Februari 2020   18:34 Diperbarui: 9 Februari 2020   18:33 611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Buku ini merupakan karangan dari Muhammad In'am Esha berjudul " Menuju Pemikiran Filsafat ". Buku ini memang saja ditulis untuk disuguhkan kepada mahasiswanya yang baru menginjak semester satu atau dua sebagai langkah awal memahami filsafat. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa beliau memilih Islam sebagai perspektif dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang berkenaan dengan filsafat. Hal ini sekaligus untuk menghilangkan anggapan bahwa filsafat tidak ada dalam islam. Pembahasan pada buku ini terdiri dari tujuh bab, dan setiap bab terdiri atas enam hingga delapan sub bab.

Bab I Kuasa dan Hasrat Pengetahuan

" Siapa yang menguasai pengetahuan, maka ia menguasai dunia ". Terbukti dari sekian banyak tokoh terkenal dalam peradaban besar dunia yang bermula dari orang yang memiliki pengetahuan.

Membincang Kekuasaan

Kata kekuasaan tidak terlepas dengan yang namanya politik. Antara kekuasaan dan politik bisa dikatakan satu hal yang saling berkaitan. Seperti contoh ketika kita membahas sejarah kerajaan x, maka yang dibahas adalah para raja, panglima, rakyat, kemajuan, dan lain sebagainya. Pada era dewasa ini, ada istilah sejarah politik yang lebih membahas tentang kondisi sosial masyarakat peradaban suatu wilayah. Kekuasaan mempunyai arti kemampuan pelaku dalam mengatur atau bertindak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Dalam melakukan kekuasaan, pasti tidak akan terlepas dari yang namanya pengetahuan, karena dalam memimpin untuk berkuasa, seseorang harus berpengetahuan sebagai instrumen tegas untuk membangunnya. Sejak awal keberadaannya, manusia sudah dianugerahi kekuasaan sebagai peran mulianya menjadi khalifatul ardl. Motivasi dalam berkuasa sudah jelas dalam jargon Rahmatallil'alamin yang bertugas mewujudkan rasa kasih sayang dan berbuat baik maka juga diperlukan pengetahuan. Kita juga harus bersikap kritis dalam menerima berbagai macam info yang masuk. Kuasa bukan milik, tapi fungsi dan kuasa bisa terjadi diamanapun, bersifat normalisasi dan produktif.

Manusia dan Hasrat Berpengetahuan 

Sejak keberadaannya, dalam rangka menjadi khalifah di bumi, manusia sudah dibekali dengan banyak kemampuan yang harus dikembangkan agar menjadi dinamis dibutuhkan rasa keingintahuan. Disinilah kemampuan dan keinginan akan saling berkaitan. Keinginan tahu tersebut yang menjadi motor penggerak dari pengetahuan. Nah, disinilah peran pemikiran dibutuhkan. Pengetahuan manusia terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu a) Indrawi : menjawab penasaran yang berpusat dari penyerapan indrawi b) ilmiah : mendetail, memuat proses dari apa yang ditanyakan c) Filosofis : menjawab dengan memerlukan ilmu rasionalisme d) Agama : yang didasarkan pada wahyu.

Islam dan Hasrat Berpengetahuan Manusia

Manusia sejak keberadaannya sudah dibekali dengan kemampuan berpengetahuan, tapi manusia masih melakukan penyelidikan untuk menggali pengetahuan yang benar. Menurut Al-Ghazali, perbedaan asasi antara manusia dan makhluk lainnya adalah terletak dari kemampuannya untuk mengetahui. Tapi dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa pengetahuan didapat dari Allah dengan cara terus membaca dan membaca.

Kuasa Pengetahuan : Menjadi Manusia Sejati

Rasa keinginan tahu dalam diri manusia merupakan modal dasar. Disisi lain, manusia juga dianugerahi keinginan untuk berkuasa. Dua hal ini harus diarahkan dalam mencari tujuan mulia yaitu mencari Ridha Allah. Allah menyebutkan siapa yang berilmu, pasti Allah angkat derajatnya. Jadi korelasi antara iman, ilmu, dan amal harus digabungkan, sehingga manusia akan menuju kesejatiannya dalam hidup atau insan kamil. Seseorang harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang sesuatu, karena ilmu aalah hal penting dalam menjadi dasar hukum tindakan dan perbuatan kita. Manusia sejati adalah manusia yang mampu mengorelasikan antara iman, ilmu, dan kuasa ilahiyah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun