"Ibu kalian terpukul karena kejadian tersebut. Sehingga ibu kalian harus di bawa ke psikiater. Ayah mohon sama kamu Tasya. Jangan membenci Rasya. Kamu dulu sangat menyayangi adikmu itu. Kamu selalu bertingkah seperti pahlawan untuk adikmu. Maafkan ibu dan ayah karena telah memisahkan kalian berdua. Tapi ini semua kami lakukan untuk melindungi kalian. Terutama Tasya. Karen Tasya sangat trauma dengan kejadian ini." Ayahanda mereka menjelaskan dengan mata yang berkaca-kaca.
"Kami tidak mau kehilangan kalian berdua." Ibunda mereka pun memeluk Rasya dan Tasya.Â
Tasya kemudian mengingat sebagian kecil dari peristiwa tersebut. Ia berteriak ketakutan. Membuat Rasya, ibu, dan ayahnya khawatir.
"Tasya kamu tidak apa-apa?" Rasya menangis memeluk Tasya. Ia sangat menyayangi saudarinya itu.
"Ibu.. aku takut penculik itu datang lagi.." Tasya mengatakan hal tersebut dengan mulut yang bergetar.Â
"Tidak sayang. Mereka sudah di penjara seumur hidup." Tasya menghembuskan nafas lega. Ia melihat Rasya.
"Maafkan aku Rasya.." akhirnya Tasya bisa menerima semua keadaan ini dengan lapang hati.Â
"Aku yang sangat berterimakasih. Karena kamu sudah menyelamatkan hidupku." Mereka semua berpelukan. Hingga suara seseorang mengagetkan mereka semua.Â
"Hai masih ingat dengan saya?" Gelak tawa orang tersebut memecahkan suasana haru yang ada di rumah tersebut.Â
"Tidak! Mau apa kau datang kesini lagi hah?!" Ayahanda mereka pun segera melindungi keluarganya.Â
"Hai Rizaldi. Lama tidak berjumpa. Wow anak-anakmu sekarang tumbuh menjadi wanita yang cantik seperti ibunya." Orang tersebut tersenyum miring.Â