"Ayah jangan bercanda. Tolong suruh dia keluar. Tiba-tiba kepalaku terasa pusing setelah melihatnya. Dan ayah aku ingin tahu siapa itu Tasya?!"Â
Rizaldi tertegun mendengar anaknya menyebut nama Tasya. Tiba-tiba Rizaldi keluar dari ruangan tempat anaknya dirawat. Lalu di susul oleh istrinya. Mereka meninggalkan Rasya dengan sejuta pertanyaan.Â
"Rasya kamu tenangin diri dulu ya. Aku pulang duluan." Pasya berkata selembut mungkin agar Rasya tidak takut dengannya.
TASYA
Tasya sedang tertidur dengan pulasnya. Ketika suara gaduh di dapur terdengar ia pun terbangun. Mencari siapa sosok yang mengganggu tidurnya.Â
Tasya terkejut. Itu adalah ibunya. Ibu yang selama ini hanya menengoknya seminggu sekali. Ibu yang selama ini lebih memilih kembarannya Rasya. Ia sangat membenci Rasya. Meskipun Rasya adalah saudari kembarnya. Namun, semua hal yang berkaitan dengan Rasya membuatnya merasa terbuang. Entah mengapa ibu dan ayahnya memisahkan mereka. Dan mengapa ia yang ditinggalkan di rumah neneknya. Sedangkan Rasya disana hidup aman nyaman layaknya seorang putri. Dan Tasya disini hidup sederhana bersama neneknya.
"Ini bukan jadwal ibu menengok aku kan? Ada perlu apa ibu kesini?" Terlihat ibunda Tasya sedang membereskan pecahan piring yang berserakan.Â
"Sayang.. Rasya kecelakaan. Ibu tidak tega melihatnya."
Tasya memutarkan bola matanya dengan malas. Apa ia harus bersedih? Atau bersenang hati?
"Aku tidak peduli ibu." Tasya menjawab pertanyaan ibunya dengan senyuman yang dibuat-buat. Tasya segera pergi meninggalkan ibunya di dapur. Tanpa sengaja ia menginjak pecahan piring tersebut. Ia menjerit. Sehingga neneknya menyusulnya ke dapur.
"Tasya! Kamu tidak apa-apa nak?" Ibunya berteriak karena ia terkejut. Tasya menginjak pecahan piring. Tasya tersenyum.
"Ini tidak sakit sama sekali. Rasa sakit hatiku kepada ayah dan ibu lebih besar dari apapun. Aku adalah anak yang tidak di inginkan. Rasya sedang sakit. Ibu lebih baik menjaganya."
Tasya segera pergi meninggalkan ibu dan neneknya yang terlihat sedih.