Mereka berdua sudah bersahabat sejak kecil karena tinggal di daerah yang sama, Citayam. Setiap berangkat ke sekolah, mereka selalu bersama dan saling bersaing untuk tiba lebih dahulu. Hingga duduk di sekolah menengah pertama, mereka tetap melakukan kegiatan bersama. Terkadang beberapa teman mereka merasa iri. Pernah suatu hari, seorang siswa SMP yang menyukai Sandra terpaksa bertengkar dengan Ryo hanya karena cemburu.
"Yo, kamu kemarin berantem ya sama Rudi?" Sandra bertanya.
"Kenapa? Kamu gak suka? Abis dia duluan sih," sungut Ryo dengan wajah masam.
"Kenapa kamu lawan? Biarin aja nanti juga ketahuan sama guru siapa yang mulai," saran Sandra yang semakin menambah rasa marah pada Ryo.
"Yo! Kok pergi?" Ryo meninggalkan Sandra.
Masa-masa indah itu pun berubah saat Sandra pindah ke Jakarta, ikut dengan keluarga pamannya. Karena ayah Sandra saat itu sedang sakit keras dan kondisi keuangan mereka sangat minim. Sehingga pamannya yang belum memilili keturunan berinisiatif untuk mengajak Sandra tinggal di Jakarta.
Beberapa minggu sejak kepindahan Sandra ke Jakarta, Ryo masih sering bertukar surat dengannya. Namun pada bulan ketiga, surat Ryo mulai tak terbalaskan. Hingga pada hari kelulusan, ia bertekad untuk menyusul sahabat kecilnya dan bersekolah di Jakarta. Dengan meminta izin pada kedua orang tuanya ia berangkat. Berbekal alamat dari surat Sandra selama ini, ia pergi untuk menemuinya.
Ryo berangkat menggunakan kereta listrik. Meskipun ini pengalaman pertama ia pergi jauh, tapi tidak menyurutkan langkahnya. Alamat Sandra cukup jelas. Ia tinggal di sebuah kontrakan bersama keluarga pamannya, di daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Namun, ia sedikit bingung saat melihat peta digital melalui aplikasi pada gawainya. Alamat pada surat tak ditemukan di peta digital. Entah mengapa hatinya yakin, bahwa ia pasti dapat menemukannya meskipun di peta digital tak ada.
Setibanya di stasiun Rawa Buaya, Ryo segera meminta tukang ojek pangkalan menuju alamat yang tertera pada surat. Beruntung, tukang ojek tersebut sudah bertahun-tahun melayani penumpang menuju alamat yang Ryo berikan.
"Adek dari mana?" tanya tukang ojek yang bernama Pak Parjo saat di perjalanan.
"Saya dari Citayam, Pak."