Mohon tunggu...
Nico Andrianto
Nico Andrianto Mohon Tunggu... -

Bersyukur dalam kejayaan, bersabar dalam cobaan......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

#Puzzle 14: Tahafutul Falsafah al Libraliyah(51)

6 Januari 2016   13:12 Diperbarui: 6 Januari 2016   14:32 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia. Maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertobat”. (QS. Al Ahqaf: 35)

“Tidakkah manusia melihat bagaimana Kami menciptakannya dari setetes mani, namun menjadi penentang yang nyata! (QS: Yaasiin, 36:77)

#

Manusia hidup selalui berhadapan dengan realitas, yang menyedot perhatian, perasaan, rasionalitas sekaligus menguras energinya. Manusia harus memilih berbagai keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dipunyainya. Ungtunglah Tuhan menciptakan rasa mengantuk dan aktivitas tidur untuk menghapus sementara beban fikiran seorang manusia. Bagi mereka tidur sekian detik akan menghapus beban kehidupan, setidaknya untuk sementara. Orang yang melakukan kesalahan fatal, misalnya korupsi atau membunuh akan kesulitan tidar dan selalui dihantui dengan masalah itu.

Manusia modern hidup di jaman banjir informasi, setiap hari digempur dengan citra, promo, informasi di depan mata kita. Melalui layar laptop, iPhone, Hand phone, atau Black Berry. Di jaman ini manusia bisa mencari berita yang dibutuhkan. Manusia menangkap realitas, mengenali, berfikir, dan merespon, dan menaggapinya sesuai rekaman pengalaman yang pernah dimiliki. Manusia mengenali gerakan kompleks makhuk hidup, sebuah kecerdasan. Bagaimanapun, sampai sejauh ini Google Translate belum bisa melakukan tugas sekompleks otak manusia.

Dalam keadaan tertentu, beberapa hal menyelinap dalam benak manusia tanpa bisa difilter. Atribut manusia sebagai khalifah diatas bumi kadang terintrusi oleh hal-hal negatif dari dunia maya, tanpa dapat dikendalikan. Mungkin hal ini pas dengan konsep setan dalam agama-agama samawi yang dikenal manusia. Ia semacam virus yang mampu merusakkan kemurnian otak dan hati manusia. Sehingga kadangkala manusia “Meragukan kebenaran dan membenarkan keraguan” demi sekedar bisa mempertahankan kehidupan yang sangat keras.

Tuhan seringkali memiliki rasa humor yang sangat tinggi seperti ditangkap oleh kalangan sufi. Tuhan bercakap-cakap dengan manusia melalui kejadian sehari-hari yang menimpa manusia. Tuhan mengabulkan doa hambanya. Seperti Nabi yang berkhalwat di gua Hira’, merenung bak gunung, bergerak layaknya ombak, “manusia harus menyerahkan diri seluruhnya, karena Tuhan menolak yang setengah-setengah (53)”. Melalui takdir-takdir manusia berkomunikasi dengan si pembuat takdir. Berbuat baik hanya untuk mengharap ridho Allah SWT, bukan yang lain. Komunikasi batin antara kita dan Sang Pencipta adalah kenikmatan yang luar biasa. Para sufi menggali unsur esoterik agama sebagai sebuah hubungan yang mesra dengan Allah SWT. “Mana yang lebih islami, Barat atau islam”, Kalau di Barat dikatakan, “body and soul”, di Timur dikatakan, “jiwa dan raga”.

Manusia harus mensyukuri karunia Illahi, sebab manusia akan merasakan nikmat ketika satu-persatu dicabut nikmat itu. Jika lidah yang mulai tak bisa mengecap nikmatnya rasa makanan, rambut yang mulai memutih, tubuh yang mulai renta, maka manusia baru merasakan nikmat yang telah diberikan Yang Kuasa. Orang menghadiri majelis ilmu seperti tawon yang mengerubungi nectar bunga untuk mengambil madunya. Para pencari ilmu beterbangan menuju kelas atau theatre untuk mendengarkan sang dosen menyebarkan pengetahuan. Para siswa berusaha diam menyerap ilmu yang bermunculan melalui slide-demi slide, atau suara penjelasan sang dosen, presentasi kelompok atau melalui diskusi yang gaduh yang membuka wawasan.

Segala permasalahan pasti ada pemecahannya, karena Tuhan menciptakan masalah dengan segala kemungkinan penyelesaiannya. Para penemu hukum fisika/ilmu alam hanyalah menemukan yang sebenarnya telah ada sejak dahulu. Sang penemu seperti Newton hanya merumuskannya fakta ilmiah dalam rumusan yang sederhana yang bisa dibaca dan dimengerti oleh orang lain termasuk untuk dikoreksi dan diperbaiki. Orang yang berilmu pengetahuan akan berzikir memuji Sang Pencipta atas limpahan nikmat.

#

Beberapa pertanyaan pandangan dunia sering mengganggu tidur Zahid Nasution. Pertanyaan tentang mengapa manusia ada diatas bumi ini, untuk apa ada dan mau kemana. Pertanyaan serupa dirasakan oleh para filosof sejak jaman dahulu kala. Perdebatan melalui tulisan dan buku antara Ibnu Rusyd dan Al Ghazali berlangsung begitu sengitnya. Lontaran-lontaran gagasan mereka tentang makna hidup dan asal-usul kebenaran bahkan menyeret pemikiran filosof-filosof yang lebih klasik. Islam yang sejak kelahirannya terus meluas wilayah kekuasaannya bersentuhan dengan berbagai peradaban dan pemikiran seperti Yunani, India, Persia dan China, sebagai puncak-puncak peradaban, baik fisik maupun pemikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun