Secara jangka panjang, ancaman persatuan negara yang diwujudkan dalam bentuk konflik diskriminatif akan berpotensi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, ditinjau dari perkembangan perekonomian dan pariwisata dari suatu daerah. Mengambil contoh salah satu peristiwa terkelam dalam sejarah Indonesia, peristiwa Bom Bali 2002, kita mampu menemukan dahsyatnya pengaruh konflik dan destabilitas keamanan terhadap perekonomian negara. Peristiwa tersebut dilatarbelakangi balas dendam dari teroris atas konflik di Ambon dan Poso yang menyebabkan terbunuhnya sejumlah umat Muslim.
Pengaruh pertama adalah perekonomian daerah terpukul secara drastis dan menghilangkan lapangan pekerjaan. Pekerja di kawasan Legian Kuta Bali yang terkena jangkauan ledakan bom terpaksa kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian di Bali terpukul akibat ketakutan wisatawan untuk mengunjungi Bali, bahkan dilarang oleh negara tertentu. Akibat merosotnya wisatawan, jumlah tamu hotel di 8 kawasan wisata Bali merosot secara drastis hingga mencapai 99%, mengakibatkan tingkat hunian hotel rata-rata menjadi 1,13% dari jumlah kamar yang tersedia. Kemudian, berdasarkan penelitian oleh Ni Wayan Suriastini di UGM Yogyakarta (2010), terjadi peningkatan jumlah pengangguran sebanyak 3,5%, penurunan upah sebanyak 47%, dan pendapatan rumah tangga menurun sebanyak 22,6% pasca terjadinya peristiwa Bom Bali.
Lalu, pengaruh kedua adalah penurunan harga saham di pasar modal. Ketidakstabilan keamanan dari suatu negara menjadi penyebab utama kecemasan investor yang berujung kepada penarikan modal atau penjualan panik saham miliknya. Pasca tragedi Bom Bali 2002, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta mengalami penurunan sebesar 10%, dari level 376,46 ke 337,47.
Melalui analisis permasalahan yang telah dilakukan, akar permasalahan dari ancaman keutuhan persatuan Indonesia dapat dirumuskan menjadi:
- Kurangnya penghargaan dan pengamalan terhadap nilai Pancasila
- Kurangnya toleransi terhadap golongan tertentu
Sedangkan, penyebab dari ancaman keutuhan persatuan Indonesia tersebut adalah:
- Kurangnya pemahaman akan orang lain
- Pandangan pribadi yang sempit dan tidak menerima perbedaan
- Adanya generalisasi atau stereotipe terhadap golongan tertentu
Untuk mencegah ancaman ini semakin berkembang dan meruntuhkan persatuan bangsa kita, pertama-tama kita harus kembali merujuk ke Pancasila yang memegang nilai-nilai leluhur bangsa, sebagaimana dijelaskan oleh Dr Bondan. Dengan meluruskan pandangan hidup kita sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, maka kita akan terhindar dari kemungkinan menyimpang ke sikap diskriminatif dan intoleran.
Solusi ini tentunya tidak dapat berjalan tanpa adanya dukungan dari seluruh pihak, sehingga baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat harus bekerja bersama dengan pemerintahan untuk aktif berperan dalam terus menjunjung tinggi nilai Pancasila dan kebhinekaan.
Dengan demikian, nilai Pancasila dan kebhinekaan harus dibimbing kepada generasi muda sejak dini. Solusi ini digerakkan baik oleh lembaga pendidikan maupun lingkungan masyarakat dan keluarga. Kita dapat meneladani bagaimana pondok pesantren bawahan Muhammadiyah mendidik siswanya akan nilai kebhinekaan, pentingnya persatuan dalam bangsa, dan menghargai keberagaman di antara sesama.
Sebagaimana dijelaskan oleh Ustad Yusep dalam wawancara yang dilakukan penulis selama di Pondok Pesantren Al-Tajdid. Beliau juga berpesan bahwa kita sebagai generasi muda memiliki peran penting untuk terus mendalami keberagaman dan terus menggerakkan tongkat persatuan di dalam negeri ini.
Solusi kedua adalah untuk mampu memahami orang lain dan menjalankan silaturahmi dengan mereka. Solusi ini disugesti oleh para santri di Pondok Pesantren Al-Tajdid yang penulis wawancarai. Sebagai anggota masyarakat di tengah-tengah perbedaan, kita harus sadar bahwa orang-orang lain di sekitar kita memiliki perbedaan.
Kita harus terlebih dahulu memahami mereka, apa yang mereka pikirkan, rasakan, apa sudut pandang mereka, dan apa latar belakang dari mereka. Banyak kasus intoleransi terjadi akibat kegagalan masyarakat untuk menyadari bahwa perbedaan pasti akan muncul, sehingga kita tidak boleh menyamakan cara pandang kita dengan orang lain. Setelah kita mampu memahami dan berempati dengan orang lain, kemudianlah kita menjaga tali persaudaraan antar sesama. Dengan demikian, keutuhan persatuan negara kita dapat terjaga.