Mohon tunggu...
Nia Uzlifatun N
Nia Uzlifatun N Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa PGSD FTIK

Mahasiswa PGSD FTIK

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Layanan BK di Sekolah Dasar yang Berorientasi pada Karakteristik serta Kebutuhan Peserta Didik

2 Desember 2020   21:22 Diperbarui: 2 Desember 2020   21:34 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nia Uzlifatun (191330000412/3PGSDA1)

PENDAHULUAN

Kita ketahui bersama bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan dapat dikatakan bermutu, efektif, dan ideal jika mampu mengintegrasikan tiga bidang yaitu bidang administrasi dan kepemimpinan, bidang intruksional, dan bidang layanan  bimbingan konseling kedalam kegiatan utamanya (Depdiknas, 2008). 

Hal ini berarti, jika pendidikan hanya melaksanakan bidang administratif dan instruksional saja dan mengabaikan bidang bimbingan konselingnya, maka hanya akan menghasilkan lulusan yang pintar dalam hal akademik tetapi kurang memiliki kemampuan serta kematangan dalam aspek kepribadian.

Kehadiran bimbingan konseling sangat penting dalam pendidikan, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Kehadiran layanan BK di sekolah dasar ini tidak tanpa alasan. 

Di masa sekarang banyak kasus kenakalan bahkan kriminalitas yang dilakukan oleh anak usia SD serta banyaknya permasalahan yang dapat menghambat perkembangan mereka, baik dari segi akademis, pribadi, maupun sosial. 

Meskipun bimbingan dan konseling merupakan suatu hal penting, namun banyak pihak seperti peserta didik, guru, orang tua, maupun masyarakat yang belum sepenuhnya mengetahui serta memahami peran BK, utamanya di sekolah dasar. 

Selama ini juga, kehadiran BK dianggap sebagai momok menakutkan bagi peserta didik karena BK terkesan hanya mengatasi anak yang mempunyai masalah saja, padahal BK juga membantu tercapainya segala aspek perkembangan peserta didik. Selain itu juga, pelaksanaan dari layanan bimbingan konseling mungkin kurang memperhatikan aspek karakteristik serta kebutuhan peserta didik.

Pelaksanaan layanan BK di sekolah dasar harus menggunakan pendekatan, metode atau teknik yang tepat dan harus berorientasi kepada karakteristik dan kebutuhan. Beranjak dari itulah, penulis akan sedikit memaparkan materi tentang pentingnya pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar yang berorientasi kepada karakteristik serta kebutuhan peserta didik.

PEMBAHASAN

Pengertian Bimbingan Konseling

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan psikologi dan kemanusiaan secara ilmiah dan profesional oleh seorang pembimbing (konselor) kepada orang yang dibimbing (konseli) agar ia mampu berkembang secara optimal. 

Berdasarkan Pasal 27 Peraturan Pemerintah No. 29/90 menyebutkan bahwa bimbingan merupakan pemberian bantuan bimbingan kepada peserta didik agar mereka dapat menemukan jati dirinya, mengenal lingkungannya, serta dapat merencanakan masa depannya. Sedangkan pengertian konseling jika melihat dari (American School Counselor Association) (dalam A. Nurohman & Suci Prasasti, 2019) adalah hubungan yang bersifat rahasia dengan sikap penuh penerimaan dari konselor kepada klien yang menggunakan pengetahuan serta keterampilannya dalam membantu mengatasi masalah kliennya. 

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan konseling merupakan layanan pemberian bantuan yang bersifat rahasia oleh konselor kepada konseli (peserta didik) untuk membantu peserta didik tersebut mengatasi masalah yang dihadapinya supaya mereka dapat berkembang secara optimal.

Tujuan bimbingan konseling

Heyden (dalam Lunenburg, 2010) berpendapat terkait tujuan dari bimbingan konseling itu serupa dengan tujuan pendidikan secara umum yaitu membantu peserta didik memenuhi kebutuhan fisiologis dasarnya, beradaptasi dengan orang lain, memahami diri sendirinya, mengembangkan kemampuan asosianya dengan teman sebaya, menyeimbangkan permisif dan kontrol, dan menyadari pentingnya pencapaian kesuksesan dimasa mendatang.

Tujuan bimbingan konseling di sekolah juga untuk membentuk peserta didiknya yang utuh dan seimbang dalam segala aspek (aspek kepribadian, soosial, keberagaman, dan susila). Adapun tujuan pelayanan bimbingan konseling yang dikemukakan oleh Depdiknas (dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal (Naskah Akademik ABKIN: 2007) sebagai berikut:

1. Membuat rencana penyelesaian studi , karir, serta kehidupan masa depannya.

2. Membantu dalam pengembangan potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik.

3. Membantu beradaptasi dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, serta kerjanya.

4. Membantu mengatasi masalah serta hambatan yang dihadapi peserta didik yang berkaitan dengan bidang studi

Urgensi bimbingan dan konseling di sekolah dasar

Alasan penyelenggaraan BK pada jenjang sekolah dasar bukan semata-mata karena ada atau tidak adanya landasan hukum (peraturan yang mengikat), tetapi terdapat hal yang lebih penting yaitu pemberian fasilitas berupa pendampingan kepada peserta didik agar mampu mengembangkan kemampuan maupun potensi yang dimilikinya secara optimal maupun membantu mencarikan upaya solusi terkait permasalahan yang sedang mereka hadapi. Maka dari itulah, perlu adanya guru bimbingan konseling pada jenjang sekolah dasar.

Saat ini, kegiatan layanan BK di SD tidak difasilitasi oleh guru pembimbing khusus seperti pada jenjang SMP dan SMA. Pihak yang berperan dalam melaksanakan bimbingan konseling di sekolah dasar adalah guru kelas. 

Sebagai pelaksana dari bimbingan dan konseling di sekolah dasar, guru kelas bertanggung jawab penuh dalam membantu peserta didiknya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal dan membantu memecahkan suatu masalah yang sedang dihadapi oleh peserta didik. Hal tersebut perlu diantisipasi sejak dini agar tidak ada hambatan yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran. Karena, banyak individu yang melakukan perilaku menyimpang akibat dampak dari masa lalunya di waktu kecil. 

Jelas bahwa pada awal masa anak-anak telah kecolongan dalam hal pencegahan terhadap munculnya perilaku menyimpang tersebut. Tetapi perlu ditegaskan lagi bahwa kehadiran BK bukan hanya sekedar menangani peserta didik yang bermasalah, melainkan juga menangani kepada semua peserta didik yang perlu pendampingan dalam proses pertumbuhan serta perkembangan. Dengan demikian, peserta didik akan mencapai prestasi belajarnya secara optimal tanpa mengalami hambatan yang berupa masalah.

Layanan bimbingan konseling di sekolah dasar

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, bidang Bimbingan dan Konseling (2004, Halim Purnomo dan Syueb Kurdie, 2016: 107) menjabarkan empat kegiatan utama dalam program layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu:

1. Layanan dasar bimbingan. Layanan ini bertujuan untuk membantu peserta didik mengembangkan perilaku positif dan ketrampilan hidup yang mengacu pada tugas perkembangannya.

2. Layanan responsive. Layanan ini  diberikan kepada peserta didik yang membutuhkan bantukan secara khusus. Layanan responsive bersifat preventif atau mungkin bisa kuratif. (Halim Purnomo & Syuacb Kurdie, 2016:73).

3. Layanan perencanaan individual. Layanan ini memberikan bimbingan kepada seluruh peserta didik untuk mengimplementasikan rencana hidupnya kedepan.  

Ketiga layanan diatas dapt berjalan maksimal jika konselor menggunakan pendekatan yang tepat. Myrick mengemukakan empat pendekatan dapat dirumuskan sebagai pendekatan dalam bimbingan, yaitu:

Pendekatan krisis. Pendekatan ini berlangsung ketika muncul suatu krisis masalah dan guru pembimbing bertindak membantu mengahdapi masalah tersebut.

1. Pendekatan remedial. Disini guru akan memfokuskan untuk memperbaiki kelemahan yang tampak pada peserta didik

2. Pedekatan preventif. Pendekatan preventif atau pencegahan merupakan upaya mengantisipasi masalah-masalah yang akan timbul.

3. Pendekatan pembangunan. Pendekatan ini digunakan oleh pembimbing beranjak dari pemahaman tentang keterampilan serta pengalaman khusus yang diperlukan peserta didik untuk mencapai keberhasilan.

Teknik-teknik atau pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling tersebut secara umum mengambil dua pendekatan, yaitu pendekatan secara kelompok dan secara individu (Arintoko, 2011: 6).

Karateristik dan kebutuhan peserta didik di sekolah dasar

Selain memahami model-model pendekatan dalam pelayanan bimbingan dan konseling, guru perlu memahami karakteristik peserta didiknya. Setiap peserta didik pastinya mempunyai karakteristik yang unik dan berbeda anata satu  dengan yang lainnya. Berbagai teori membahas tentang karakteristik peserta didik di Sekolah Dasar sesuai dengan aspek-aspek yang ada pada anak, diantaranya:

Perkembangan Kognitif Anak Usia SD

Diusia SD, annak mengalami perkembangan kognitif yang pesat. Piaget mengemukakan bahwa anak di usia SD (rentang 7 sampai 11 tahun) berada pada tahap operasional konkret. Dimana pada tahap ini anak sudah mampu melakukan penalaran untuk hal yang bersifat konkret atau nyata, namun untuk hal yang bersifat abstrak anak usia SD akan kesulitan bahkan ia tidak mampu. (Santrock, 2003: 50-51).

Perkembangan Fisik dan Motorik Anak Usia SD.

Kedua perkembangan ini tidak dapat dipisahkan. Ciri mendasar dari perkembangan fisik anak dengan rentang usia 7-9 tahun , anak perempuan lasimnya lebih pendek dan ringan dibandingkan anak laki-laki. Anak rentang usia 9-10 tahun, tinggi dan berat badan antara anak laki-laki dan perempuan hampir sama. Dan sekitar usia 11 tahun, anak perempuan akan lebih tinggi dan berat dibandingkan anak laki-laki. Pada usia SD, anak lebih banyak mengembangkan kemampuan motorik dasa yang digunakan untuk menyeimbangkan badan, seperti lari, lompat, dan melempar (Slavin, 2011: 100).

Perkembangan Psikososial Anak Usia SD

Teori Erikson menyatakan bahwa annak dengan rentang usia 6-12 tahun masuk kedalam tahap industry versus inferiority (berkarya versus perasaan rendah diri). Erikson memberikan penekanakan terhadap perkembang psikososial anak usia SD pada proses sadar yang dialami anak ketika berinteraksi sosial. Hubungan anak dengan orang dewasa selain keluarganya memberikan pengaruh penting terhadap pengembangan kepercayaan diri dan kerentanan pengaruh sosial (Bastable, 2002: 110).

Perkembangan Moral Anak Usia SD

Kohlberg membagi moralitas atas 3 tingkatan, yang mana setiap tingkatan mempunyai tahapan. Pertana, tingkat prakonvensi yang terdiri atas tahap orientasi hukum dan orientasi relativis instrumen. 

Kedua, tahap konvensi yang terdiri atas tahap orientasi anak baik dan orientasi hukuman dan keteraturan. Ketiga, tingkat pascakonvensi yang terdiri atas tahap orientasi kontrak sosial dan orientasi prinsip etika universal. Untuk anak usia SD berada pada tingkat konvesi, dimana moralitas dinilai berdasarkan interaksi anak dengan teman sebayanya. Pada tingkat ini, anak juga sudah mampu mempertimbangkan perasaan orang lain ketika mengambil keputusan moral.

Selain karakteristik diatas, terdapat karakteristik umum atau kebutuhan yang dimiliki secara keseluruhan  peserta didik di Sekolah Dasar, meliputi anak masih senang bermain, senang bergerak aktif, anak senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung (Halim Purnomo & Syuacb Kurdie, 2016: 95-96).

PENUTUP

Layanan bimbingan konseling merupakan layanan pemberian bantuan yang bersifat rahasia oleh konselor kepada konseli (peserta didik) untuk membantu peserta didik tersebut mengatasi masalah yang dihadapinya supaya mereka dapat berkembang secara optimal. Kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah sebagai bentuk layanan pendampingan pesrta didik dalam upaya mengarahkan dan mengawal mereka menuju perubahan yang postif serta memperkuat fungsi-fungsi pendidikan.

Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling sangat penting dalam pendidikan, termasuk pada jenjang sekolah dasar karena mengingat banyaknya kasus kenakalan dan kriminalitas yang dilakukan oleh anak sekolah dasar serta permasalahan-permasalahan yang dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan mereka, baik dalam akademis, pribadi maupun hubungan sosial. 

Pada saat ini, pelayanan bimbingan dan koseling pada jenjang sekolah dasar memang tidak diberikan oleh guru pembimbing secara khusus seperti pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Sebagai pelaksana dari bimbingan dan konseling di sekolah dasar, guru kelas bertanggung jawab penuh dalam membantu peserta didiknya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal dan membantu upaya penyelesaian dari permasalahan yang sedang mereka hadapi. 

Guru SD harus melaksanakan semua layanan bimbingan konseling agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat diantisipasi sedini mungkin. Ada beberapa bentuk layanan BK di sekolah dasar, yaitu layanan dasar bimbingan, layanan responsive, dan layanan perencanaan individual. Untuk pelaksanaan dari layanan bimbingan konseling tersebut, guru dapat menggunakan beberapa bentuk pendekatan, yaitu pendekatan krisis, remidial, preventif, dan pembangunan.

Selain memahami model-model pendekatan dalam pelayanan bimbingan dan konseling, guru terlebih dahulu perlu mengetahui serta memahami karakteristik peserta didiknya. Setiap peserta didik pastinya mempunyai karakteristik yang unik dan berbeda anata satu  dengan yang lainnya. Perkembangan tersebut dapat kita lihat dari segi aspek perkembangan kognitif, fisik motoriknya,  psikososial, dan moral. 

Namun secara umum peserta didik memililki karakteristik yang sama, yaitu mereka senang bermain, senang bergerak aktif, senang jika bekerja dalam kelompok, dan senang memperagakan atau mempraktikkan sesuatu secara langsung. Hal tersebut dapat dijadikan acuan oleh guru dalam menerapkan layanan bimbingan konseling di sekolah dasar agar layanan yang diberikan dapat berjalan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. 2007. Rambu -Rambu Penyelenggaraan Bimbingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal (Naskah Akademik).

Arintoko. 2011. Wawancara Konseling Di Sekolah. Yogyakarta: Andi Press.

Bastable, S. B. 1997. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran Dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran Egc.

Budi, Wawan Setyo. 2018. Pembinaan Karakter Siswa Melalui Bimbingan Konseling Di Sman 1 Papar Kediri. Jurnal Pendidikan Dan Studi Keislaman. 8 (3): 441-450.

Lunenburg, Fred C. 2010. School Guidance and Counseling Services. Schooling, 1 (1): 1-8.

Nurohman, A., & Suci Prasasti. 2019. Pentingnya Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Konseling, 19 (1).

Purnomo, Halim & Syuacb Kurdie. 2016. Bimbingan Konseling Di Sekolah Dasar. Yogyakarta: K-Media.

Satrock, J. W. 1996. Adolescence, Edisi Keenam (Kristiaji, W. C & Sumiharti, Y, Ed). Adelar, S. B & Saragih, S. 2003. Jakarta: Penerbit Erlangga

Slavin, R. 2009. Psikologi Pendidikan: Teori Dan Praktik Edisi Kesembilan Jilid I (Sarwiji, B, Ed). Samosir, M. 2011. Jakarta: Penerbit Indeks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun