Mohon tunggu...
Rohani Rahman
Rohani Rahman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Pangkep untuk Indonesia ♡

Pecinta Kucing Yang Menuangkan Kegelisahan Hidup di Blog Kompasiana ❤️

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surprise, 37 Tahun Vs Insiden Vas Bunga

17 November 2023   12:52 Diperbarui: 17 November 2023   12:53 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bouquet of Pink Roses on Table * Free Stock Photo (pexels.com) 604alwayswithlove

Saya malah berfikir kalau memang semua tidak ada masalah harusnya tidak perlu begitu kekeuh untuk tidak memberikan scan dokumen tersebut mengingat lembaga kami sedang dalam sorotan publik diduga melakukan kecurangan pada salah satu tahapan krusial, belum lagi kondisi ketua kami sudah menjadi sorotan Nasional pasca sejumlah berita terkait issu kecurangan ini dibahas di majalah Tempo dan media online lainnya. Saya semakin curiga dengan gelagak rekan saya ini mengapa  dokumen ini tidak mau bahkan cenderung memberikan kepada kami yang notabene merupakan sesama pimpinan di kantor ini, seolah memperlakukan kami sebagai pihak eksternal.   

Rapat pleno internal inipun berujung 'kekerasan' insiden vas bunga, kalimat ini akhirnya memenuhi headline sejumlah media online, posisi saya pun di mata publik akhirnya menjadi pelaku penganiayaan, pelaku kekerasan, tak ada ruang pembenaran atas apa yang terjadi pada insiden rapat pleno internal tersebut, framenya hanya satu "pelaku kekerasan", disatu sisi saya sedih dengan apa yang menimpaku dan lembaga kami, di sisi lain saya merasa bahwa apa yang saya lakukan bukanlah tindakan perencanaan untuk sengaja melukainya, murni pertengkaran yang terjadi karena situasi rapat memanas dan pemicunya tidak lain adalah ketidakprofesionalan rekan saya ini dalam bekerja yang begitu kekeuh menyembunyikan dokumen scan berita acara penting ini, dugaan adanya manipulasi data pada dokumen yang kami tandatangani bersama ini menjadi substansi kenapa dokumen scan berita acara tersebut sangat kami butuhkan untuk ditunjukkan, namun bersama dua rekan anggota kami lainnya yang hadir dalam rapat tersebut seolah kompak untuk menyembunyikannya hingga perdebatan pun tak dapat dihindarkan. 

Tahanan Kota

Menyedihkan, pasti. adegan saling lempar benda terjadi setelah aksinya melempariku air botol mineral ukuran sedang di depan mejaku dilakukan lebih dulu, akhirnya situasi ini menjadi pemicu aksi balasan yang saya lakukan secara repleks pula sebagai intimidasi balik kepadanya, vas bunga yang harusnya menjadi ornamen keindahan meja rapat di ruangan itu menjadi saksi bahkan berkontribusi mendukungku untuk melakukan pelemparan, saya memang amatir soal aksi lempar-melempar, lemparanku harusnya ke arah dinding di samping rekan saya ini berdiri, namun qadarullah lemparanku justru mendarat sedikit di pelipis kirinya dan yah berdarah. Insiden ini disaksikan oleh pimpinan lainnya praktis saksinya juga tentu hanya kami berlima. 

Insiden vas bunga ini terjadi begitu cepat, saya hanya bisa beristiqfar dalam diam, rasa menyesalpun untuk harusnya saya dan rekan saya ini bisa menahan diri berbuah gagal, kondisi ini pulalah yang akhirnya membuatnya bergegas melakukan visum di Rumah Sakit dan yang bersangkutan memilih melapor ke Polres setempat. its ok pikirku.

Vonis Pengadilan Negeri

Dilaporkan ke kepolisian adalah pilihan rekan saya ini. Saya menghargai sebagai bentuk hak hukum masing-masing, meski segenap upaya untuk berdamai telah dilakukan. bukan hanya saya secara pribadi melainkan seluruh pimpinan dan rekan kerja kami yang lain. Baginya, darah yang mengalir melalui pelipisnya adalah "aib" yang sering diistilahkan oleh suaminya sebagai "SIRI NA PACCE" dalam bahasa bugis yang bermakna harga diri. Bisa dipastikan bahwa kepuasannya tentu melihat saya di penjara atas perbuatan yang saya lakukan dengan mengabaikan seluruh permohonan maaf yang saya sampaikan dan seluruh nasihat banyak pihak agar ini tidak perlu dilanjutkan ke persoalan pidana. Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tentu kewajiban saya sudah selesai untuk meminta maaf, sisanya dia mau memaafkan atau tidak itu urusannya. Selanjutnya, maka sebagai anak yang dididik dengan keberanian, tanggung jawab dan upaya menjaga integritas dalam bekerja yang menolak upaya "kecurangan" dimana hasil yang telah kami tetapkan berubah di tingkat Provinsi adalah bukti nyata perubahan hasil tersebut. Maka saya tentu kooperatif dan dengan lantang mengatakan siap mengikuti seluruh proses hukum yang berjalan. 

Hampir lima kali persidangan seluruh saksi dihadirkan. Tentu bisa di tebak, kami sebagai pimpinan lima orang ini berbeda sikap, ada dua orang yang saling mendukung menyembunyikan scan dokumen berita acara yang hasilnya berubah di tingkatan Provinsi tentulah bisa dipastikan membela pihak "korban" dan pimpinan lainnya yakni ketua kami "membela" saya. Semua kesaksian disampaikan di depan majelis hakim tanpa terkecuali hingga tuntutan Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri ini menyebut angka 7 (tujuh) bulan dalam perkara saya. 

Saya sedikit shock, bagaimana bisa dia menggunakan kewenangannya menuntut saya untuk luka yang tak seberapa yakni pelipis dan sekedar bengkak di pipi menuntut saya 7 (tujuh) bulan, oalah. Dalam hati saya menolak tuntutan ini, saya merasa begitu sangat di dzolimi, saya siap bertanggung jawab atas perbuatan saya, tapi dengan "hukuman" yang layak. Dan bagi saya vonis paling layak hanya 1 (satu) bulan. 

NRK @Dokumentasi Pribadi 
NRK @Dokumentasi Pribadi 

Saya mempelajari seluruh seksama banyaknya perkara di Kejaksaan Negeri dan Vonis Pengadilan Negeri di daerahku ini. Kesimpulannya hanya satu bahwa ada buanyak sekali perkara "penganiayaan" yang pernah terjadi  tiga tahun terakhir yang saya kaji dan itu dilakukan melalui perencanaan, mengeroyok bahkan disertai dengan senjata tajam hanya mendapatkan tuntutan dan vonis lebih ringan di banding perkara saya yang sekali lagi saya katakan bagian dari sikap refleks sebagaimana fakta persidangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun