Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Suku Dawan (Timor) Harus Memiliki Ume Kbubu?

18 November 2021   15:56 Diperbarui: 20 November 2021   16:07 4327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto atoin meto di Ume Kbubu | Dokumentasi pribadi

Pada dasarnya makhluk hidup memiliki cara dalam mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Cara tersebut adalah bentuk adaptasi terhadap perubahan-perubahan temperatur, iklim, dan sebagainya.

Manusia yang merupakan salah satu makhluk hidup paling istimewa juga memiliki cara untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Nomaden atau sifat manusia hidup berpindah-pindah pada zaman purba menunjukkan betapa hebatnya manusia beradaptasi dengan perubahan iklim termasuk dengan semua tempat yang disinggahi.

Maka tidak heran, saat ini kita dapat menikmati warisan-warisan budaya tak benda yang sangat menarik. Budaya-budaya itu adalah sikap responsif manusia terhadap masalah-masalah yang dihadapi.

Salah satu yang akan penulis bahas dalam tulisan kali ini adalah bangunan tradisional Suku Dawan (atoin meto) di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur.

Ume Kbubu namanya!

Tempat tinggal yang berbentuk bundar dan menjadi rumah tempat tinggal bagi atoin meto merupakan bangunan tradisional yang telah dimasukkan ke dalam pencatatan Warisan Budaya Takbenda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Istilah Ume Kbubu terdiri dari dua kata yaitu Ume yang berarti rumah dan Kbubu yang berarti bundar/bulat sehingga Ume Kbubu dapat diartikan sebagai rumah bundar atau rumah bulat tapi umumnya dikenal dengan sebutan rumah bulat.

Meski demikian, rumah bulat memiliki bentuk seperti kerucut. Alas kerucut adalah alas rumah bulat yang ditandai dengan susunan batu seperti lingkaran yang berfungsi sebagai pondasi bangunan rumah bulat itu sendiri.

Sedangkan atapnya adalah selimut kerucut yang terbuat dari alang-alang yang sudah dikepal per ikat. Kemudian alang-alang tersebut diikatkan pada rangka yang sudah dibuat sekuat dan serapat mungkin dari atas sampai bawah bahkan dinding rumah bulat pun ditutupi oleh alang-alang.

Sedangkan titik puncak kerucut merupakan bubungan pada rumah bulat. Bentuknya seperti mengepal rambut, ada yang satu kepal ada yang menggunakan dua kepal karena pada bubungan tersebut, pertemuan usuk (suaf) dan tiang penopang (pauf) yang harus dililit atau dikepal sebagus mungkin.

Rumah bulat memiliki empat tiang induk sebagai penopang utama dan beberapa tiang penolong yang berbentuk lingkaran mengikuti pondasi bangunan. Empat tiang penopang utama selain menopang rumah, tiang-tiang tersebut juga menopang loteng.

Dindingnya mengikuti tiang penolong, dibuat serapat mungkin. Pintunya hanya satu, setinggi perut orang dewasa, tidak memiliki jendela, tidak memiliki ventilasi. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar yang disajikan.

Dokumen Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman
Dokumen Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

Pertanyaan adalah mengapa atoin meto membuat rumah seperti itu?

Konon, wilayah yang didiami oleh suku Dawan disebut pah meto yang berarti tanah kering. Sementara julukan atoin meto atau atoni pah meto adalah orang kering atau orang dari tanah kering. Ini setidaknya menggambarkan tentang geografis wilayah yang didiami atoin meto bahwa tanah yang ditempati adalah tanah kering.

Tanah kering yang dimaksud adalah lahan kering. Sebagian besar tanahnya adalah tanah kompleks dengan bentuk wilayah pegunungan kompleks, tanah yang kekurangan air. Ditandai dengan rata-rata curah hujan yang rendah, kurang dari 250 - 300 mm/tahun. Suhu wilayah pun sangat tinggi terutama pada musim panas.

Risiko pertanian di lahan kering adalah kekurangan air dan hanya bergantung pada musim hujan, begitu pun curah hujan rendah. Artinya musim untuk memproduksi makanan sendiri (food production) sangat singkat sehingga perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Perlu diketahui, jagung adalah makanan pokok atoin meto yang diperlakukan istimewa dari masa tanam, panen, penyimpanan hingga diproses menjadi makanan untuk dikonsumsi.

Baca: Memahami Etnomatematika Suku Dawan (Timor)

Akan tetapi, jagung hanya bisa dibudidayakan pada musim hujan sementara musim panas tidak dapat dibudidayakan. Tentunya pada musim panas atoin meto terancam kelaparan karena kehabisan makanan, tidak bisa produksi pula.

Merespon hal tersebut atoin meto wajib memiliki lumbung atau tempat penyimpanan makanan sebagai alternatif untuk musim panas, musim di mana keadaan tidak memungkinkan untuk memproduksi makanan.

Lumbung tersebut adalah rumah bulat. Jagung dengan bahan-bahan makanan yang lain seperti sorgum, padi ladang, jewawut, kacang-kacangan termasuk daging pun diawetkan dengan cara diasapi dalam rumah bulat. Cara pengawetan ini melahirkan daging sei modern yang sudah diekspor keluar negeri.

Bagian dalam rumah bulat | Dokpri
Bagian dalam rumah bulat | Dokpri

Rumah bulat memang didesain sangat unik dengan pertimbangan yang matang untuk merespon keadaan alam tersebut. Selain untuk pengawetan makanan, rumah bulat nyaman untuk ditempati, bahkan untuk ibu-ibu yang melahirkan.

Baca: Ume Kbubu, RSIA Suku Dawan (Timor) Tinggal Kenangan

Berdasarkan penelitian I Ketut Suwantara, Desak Putu. Damayanti dan Iwan Suprijanto yang dicantumkan dalam artikel berjudul Karakteristik Termal pada Rumah Tradisional Sonaf dan Uma Kbubu di kampung Maslete, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), membuktikan bahwa pembuatan rumah bulat adalah upaya masyarakat atoin meto untuk beradaptasi dengan lingkungan.

Dalam penelitian tersebut, menemukan kesimpulan bahwa rumah bulat sangat nyaman untuk digunakan karena sangat responsif terhadap perubahan iklim luar, baik musim dingin maupun musim panas.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan bahwa respon rumah bulat dapat menaikkan suhu ruangan sebesar 1,7 derajat celcius pada suhu luar yang rendah. Ini merespon musim dingin yang terjadi di daerah Timor Tengah, daerah yang dihuni oleh atoin meto.

Baca: Manik Tuin Sufa, Musim Dingin di Timor Tengah

Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa rumah bulat menurunkan suhu ruangan sebesar 0,4 derajat celcius pada suhu luar yang tinggi. Tentunya, ini juga merespon musim panas berkepanjangan yang membuat suhu udara terus meningkat.

Yang paling menarik adalah atap berbahan alang-alang memiliki kemampuan untuk meredam kalor yang berasal dari matahari 45 menit hingga 1 jam, sehingga membentuk suhu ruangan rumah bulat tetap stabil dari 25-29,3 derajat celcius. 

Sementara penelitian lain yang dilakukan oleh Avend M. Sumawa, Made Aryati dan Iwan Suprijanto menemukan bahwa struktur bangunan tradisional rumah bulat secara keseluruhan memiliki tingkat kestabilan yang cukup tinggi terhadap gempa lateral dan angin kencang.

Penelitian ini membuktikan bahwa nenek moyang atoin meto sudah memikirkan dengan matang bahwa rumah bulat adalah solusi atau bentuk adaptasi mereka dengan lingkungan sekitar; perubahan iklim dan berbagai macam fenomena alam.

Karena keadaan termal rumah bulat seperti ini untuk mencegah kerusakan makanan akibat suhu udara yang tidak stabil. Tentunya ini mengurangi kemungkinan kekurangan makanan sepenjang tahun akibat kerusakan makanan.

Rumah bulat dibuat stabil bukan hanya untuk nyaman ditempati tapi untuk menyelamatkan bahan makanan dari bencana-bencana alam seperti gempa bumi dan angin kencang karena food production hanya dapat dilakukan setahun sekali.

Salam!!!

Neno Anderias Salukh

Bacaan terkait:
Ringkasan Kajian Arsitektur Tradisional oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Pemukiman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun