Oleh: Rosidah binti Musa
"Aku akan pergi dari tempat ini ...."
"Itu tidak mungkin, Nisa," Aisyah mencoba untuk menghentikanku. "Kau tahu, kita baru saja menempati tempat ini dan kita tidak bisa pergi gitu saja. Aku harap kau paham ...."
Perasaanku gamang, sungguh aku tidak cocok di tempat ini. Sudah dua kali aku mimpi buruk, dan itu seperti pertanda yang tak mengenakan. Memang benar, kami bertiga belum lama pindah kontrakan dan tempat ini sangat dekat dengan tempat kerja kami.
"Aku paham ... tapi please kita tinggal beberapa bulan lagi ya? Jika memang keadaannya semakin buruk. Aku dan Aisyah setuju dengan usulmu, untuk pindah."
Kuletakan kebali tas ranselku, aku tak bisa egois begitu saja. Hanya karena mimpi burukku, semua harus terbebani dengan pindahan. Wajah ke dua sahabatku begitu lega ketika kuletakan kembali ransel hitamku, mereka adalah sahabat kecil yang selalu bersama. Aku tidak bisa jika memutuskan keluar dari tempat ini sendiri, toh benar kata mereka. Kami bertiga baru saja pindah, takan mau pindah lagi.
"Thank you, Nis ...."
Mereka berdua memelukku erat, terlihat senyum bahagia diraut wajahnya. "I'm so sorry ...."
"No. Is ok, kita paham kok. Kita pun janji jika keadaannya semakin buruk, kita bertiga pindah. Kan Aisyah?"
"Benar, don't be sorry, Nis ...."
Aku berharap itu hanyalah bunga mimpi saja, lagipula cuma diriku yang merasakan bukan mereka. Jadi bukan masalah rumah kontrakan ini, mungkin aku saja berpikir buruk.