"Iya ...."
Aku pun menyimpan semua hijab-hijab itu, hingga saat ini dengan ijin Allah aku dipertemukan kembali dengannya. Di rumah panti ini, aku melihatnya. Hampir saja aku tak mengenalnya, karena wajahnya sudah banyak benjolan-benjolan besar. Tapi aku mengingat hijab yang ia kenakan, bermotif bunga warna kuning merah muda itu adalah pemberian dari ibu, ketika dia memutuskan untuk berhijab.
Tiba-tiba alarm berbunyi sangat nyaring, itu pertanda ada gawat darurat. Liza dan Daesi pun berlari menghapiri seorang suster yang mengrumuni bilik Dara.
"Ada apa dengannya?"
"Ijinkan aku masuk," sela Lisa memaksa masuk dalam bilik Dara.
"Bagaimana dia, Dok?"
Dokter hanya menggelengkan kepalanya, bukankah tadi Dara baik-baik saja? Mengapa tiba-tiba ia meninggal begitu saja. Wanita tua itu meskipun kulitnya keriput namun Dara masih secantik dulu, kecantikkannya tak pernah luntur. Daesi mengambil sebuah kertas yang ada di tangan Dara, ia tertulis. "Ibu, aku rindu."
Tangisan Daesi memecahkan keheningan sore itu, padahal siang tadi ia baru saya bercanda dengan wanita tua itu. Mengapa tiba-tiba Allah begitu cepat memanggil, Daesi mempunyai niat untuk mengasuh Dara. Namun sayangnya, Allah lebih menyayanginya.
Innalillahi wa innaillaihi roji'un
tayang di ceritamuslimah23.blogspot.com