"Tenang, aku tak lupa. Dah, aku tinggal dulu,"
 "Ok, aku tunggu kau di kantin Lisa ...."
Lisa hanya mengacungkan tangannya dan melangkah memasuki bilik. Daesi pun segera mengambil tumpukan seprai yang akan ia cuci, dan setelah itu kembali ke kamar Dara mengantar obat-obatnya. Tempat ini bukan saja rumah sakit, tapi juga tempat penitipan. Jadi tak heran melihat begitu banyak kamar-kamar.
          ****
"Ehemm ... lama nunggu?"
"Lumayan, lantas bagaimana setelah Dara bertemu dengan ibumu?"
"Santai, minum teh dan tahunya dulu biar enak ceritanya,"
Daesi pun menyomot tahu yang dibelikan oleh Liza, ah hari ini sangat cerah. Tak seperti kemarin, hujan dari pagi sampai sore. Namun, kita harus mensyukurinya. Karena segala sesuatu yang datangnya dari Allah pasti ada keberkahan itu sendiri.
        ****
Ibu sangat senang bisa bertemu lagi dengan Dara, namun itu hanya malam itu saja. Setelah itu, Dara tak lagi datang atau pun mengabari keluargaku. Aku sempat mencarinya, karena ibu sakit keras dan ingin sekali bertemu dengannya. Tapi apa boleh aku buat? Aku tak bisa menemukan Dara, hingga Allah memanggil ibu dan ia berpesan jika aku bertemu Dara agar memberikannya hijab motif bunga-bunga itu.
"Jadi hijab yang Dara pakai itu, adalah ibumu yang buat?"