Mohon tunggu...
Nenk Mawar
Nenk Mawar Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - Saya hanyalah penulis receh yang tengah berperang dengan pena dan menggoreskan kata-kata

Hidup hanya sekali, buatlah hidupmu berwarna. Jangan engkau menyia-nyiakannya tetap semangat apapun keadaannya keep fighthing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialah Aku, Wanita yang Kau Tinggalkan

11 Juni 2020   13:12 Diperbarui: 11 Juni 2020   13:24 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa ingin Rizki temani Ibu ngobrol?"

"Tidak, pergilah tidur besok Rizki harus sekolah."

Anak lelakinya pun pasrah dengan permintaan ibunya, mungkin benar dia ingin merenungi malam sambil menunggu salat tahajjud tiba. Rizki pun kembali ke kamarnya dan melanjutkan mimpi yang tertunda.

*****

Ratih masih terpaku menatap potret yang terpajang di sebuah meja kecil diujung ruangan tamu, ia pandangi wajah yang ada dibingkai itu lekat-lekat. Dengan penuh harapan ia berdoa agar bisa dipertemukan dengan suaminya meski dalam keadaan apa pun, ia tak kenal teman-teman suaminya dan PT yang pernah menerbangkan Sugiman pun sudah bangkrut kini Ratih sangat binggung pada siapa lagi ia meminta tolong sedangkan dia tak begitu paham menggunakan media sosial ponsel yang ia punya pun hanya bisa saja, tidak bisa mengakses internet.

"Aku serahkan pada-Mu ya Rabbi, hanya Engkaulah yang Maha Tahu di mana Mas Sugiman berada."

"Bu ...."

Ratih terkejut mendengar jeritan buah hatinya, ia pun bergegas mendekati Rizki, mata tertujuh pada ibunya yang kini terbaring dipangkuan anaknys. "Kenapa, si mbah? Ada Rizki."

"Mbah terpeleset, Bu."

Dia pun segera meminta pertolongan tetangganya yang mempunyai kendaraan dengan napas tersengal ia meminta Jupri mengantarnya ke rumah sakit mendengar keluh kesa Ratih, Jupri tak banyak basa-basi segera mengambil motornya dan membonceng ke dua perempuan itu menuju rumah sakit terdekat. Sepanjang jalan ia hanya menangis mendekap ibunya yang kini tak sadarkan diri, padahal hari raya sebentar lagi namun ada saja ujian yang menyapa namun ia harus sabar dan ikhlas atas apa yang menjadi ketentuan dari-Nya.

"Tahan ya Bu, sebentar lagi kita sampai." Hanya kata-kata itu yang selalu diucapkannya, sesekali mengusap air matanya yang menetes diwajah ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun