Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Seloka Adagium Petuah Bestari KPPJB ( Februari 2024), 13. Pemilu Bersih Pemersatu Bangsa Indonesia KPPJB ( Maret 2024) 14. Trilogi Puisi Berkait Sebelum, Saat, Sesudah, Ritus Katarsis Situ Seni ( Juni 2024), 15. Rona Pada Hari Raya KPPJB (Juli 2024} 16. Sisindiran KPPJB (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ari Ibu Bade ka Mana? Kok, Saya Dilewat!

20 Mei 2023   21:00 Diperbarui: 20 Mei 2023   21:09 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto tangkapan layar pngtree.com

Pagi yang cerah di hari Jumat yang penuh berkah. Sambil menunggu bel berbunyi, saya segera beres-beres kertas yang berserakan. Hari ini, asesmen sekolah kelas VI hari ke-4, hanya satu mata pelajaran, yaitu Bahasa Sunda. Pulangnya jadi bisa agak pagi. Horeee...

Tiba-tiba, Pak Edi, Guru kelas 3 datang ke ruang guru. Dia membacakan chat dari staf kepegawaian Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya.

"SK Berkala punya Bu Neni dan Bu Ade sudah bisa diambil di Disdik sekarang!" katanya.

Wah, suprise!

"Alhamdulillah!" ujarku dan Bu Ade.

"Wah, cepet banget, ya!"

"Tetapi SK saya belum ada. Gimana, nih, Neng Dwi?" Pak Edi bertanya pada OPS.

"Ada keterlambatan pengiriman fotocopi SK, Pak. Jadi, tidak tercover sekarang!" jawab Neng Dwi.

Pak Edi nampak tercenung.

"Aneh sekali, padahal, TMT saya bulan Februari 2023!" gumam Pak Edi sedikit kecewa.

Selepas bel sekolah, saya segera menuju Disdik Kota, di Jalan Ir. H. Juanda. Baru turun dari motor, kulihat seorang pegawai Disdik melintas. Segera saja beliau kuhampiri.

"Bu, maaf, kalau kepegawaian sebelah mana, ya?" tanyaku.

Maklum, aku termasuk jarang ke Dinas Pendidikan. Kulihat beberapa perubahan penataan, sehingga membuatku bingung.

"Oh, sebelah sini, Bu!" Ibu itu menunjuk dengan ibu jarinya.

"Mari saya antar, kebetulan searah!" ujar Ibu itu ramah.

Wah, mantap sekali!

"Terima kasih, Bu!" ujarku riang. 

Ibu itu mengangguk, dan mengajakku pergi bersama.

"Silakan, Bu, Pak Uweh ada di sebelah sana!" Ibu itu menunjukkan ruangan yang dimaksud.

"Terima kasih, Bu!" kubungkukkan badan, sebagai tanda terima kasih.

"Sama-sama, Bu!' Ibu yang baik hati itupun berlalu.

Aku menghampiri ruang kepegawaian, ada tiga orang di sana, ditambah seorang lagi di ruangan terpisah. Mereka kelihatan sedang sibuk bekerja di meja masing-masing.

"Assalamualaikum, maaf, Pak, saya mau ketemu Pak Uweh!" ujarku sopan.

"Wa'alaikumussalam, oh, silakan, Bu. Kebetulan ada!" ujar salah seorang Bapak, sambil menunjuk ke arah belakang.

Oh, mungkin, Pak Uweh itu yang ada di ruangan khusus itu, ya? Pikirku. 

Di depan ruangan kecil itu ada dua meja berdekatan. Duh, lewat sana, apa bisa? Celah antara meja dengan meja sangat kecil, apa badanku yang ekstra large ini bisa melewatinya? Hiks hiks

Ah, pasti bisa, asal jalanku menyamping aja! Pikirku.

Dengan penuh rasa percaya diri, aku menuju ruang terpisah itu. Aku hanya mengangguk pada Bapak yang duduk di depan ruang kecil itu, dan melewatinta. Saat akan melewati celah antara mejanya, aku segera menyamping, dan, hap! Berhasil!

Aku berhasil melewati celah yang sempit itu. Kulihat Bapak yang duduk di meja tersebut menatapku bingung.

"Ari Ibu bade ka saha?"

"Eu, bade ka Pa Uweh!" kataku mantap, sambil menujuk ke arah ruangan di belakang mejanya.

"Loh, saya ini Uweh!"

Bapak itu menunjuk mukanya sendiri.

Aku terkejut bukan main.

"Waduh, jadi Bapak ini, toh?" tanyaku bingung!

Sudah susah payah melewati celah meja, ternyata Pak Uweh di depan mata!

"Iya, Bu! Ibu mau ke mana? Kok saya dilewat?" canda Pak Uweh.

"Hahaha, maaf, Pak! Maklum kuper!" tawaku meledak.

Dengan susah payah dan kembali berjalan menyamping, aku balik lagi ke depan mejanya.

Hore, berhasil!

"Aduh, maaf, ya, Pak. Kukira bukan Bapak, tapi yang di dalam itu, loh!" aku tak bisa menahan tawa.

"Masa Ibu lupa sama saya?" tanya Pak Uweh sampai tersenyum kecut.

"Iya, beneran lupa, Pak! Soalnya Bapak lebih ganteng!" kataku menutupi malu.

Duh, beginilah kalau jarang menyambangi kantor Dinas! Kepedean lagi!

Hahaha

Maafkan aku, ya, Pak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun