"Damai!"
"Mau damai?"
Mereka terdiam, hanya kilatan mata mereka masih menyiratkan kemarahan.
"Ayo, mau damai?"
Tetap tak ada jawaban. Kaki mereka mengais-ngais lantai dengan gusar.
Aku jadi kesal.
Kulirik air teh di gelas masih utuh, rupanya belum diminum bapak kepala sekolah. Spontan kuambil.
Kutuang air teh ke telapak tangan. Terasa hangat.
"Bismillah! Biar damai!"
Muka Ilham dan Ardi yang berpeluh, kubasuh dengan air teh hangat.
Mereka yang tadinya manyun, akhirnya tertawa.