"Oh!" aku sedikit tertarik.
"Nah, coba lihat, ini merah dan manis!" si Mang membuka semangka yang telah dilubangi, dan warnanya memang menggiurkan.
"Saya beli yang itu saja, Mang!" tunjukku pada semangka yang telah dilubangi.
Aku males membeli semangka yang utuh, karena sering tertipu. Dalamnya ternyata berwarna pucet, dan tak berasa. Makanya, mending yang sudah ketahuan isinya.
"Yang ini saja, ya, Bu!"
Loh, kok, si Mang malah ngambil semangka lainnya, yang warna kulitnya saja kurang meyakinkan.
Tanpa diminta, si Mang langsung menimbang semangka itu dan memasukannya ke kresek. Seakan yakin, aku mau beli. Duh, taktik apaan ini? Pikirku geli.
"Dua kilo setengah, jadi dua puluh ribu, Bu!" si Mang menyerahkan kresek itu padaku, yang masih tertegun di atas motor.
"Loh, kan aku maunya semangka yang sudah dilubangi, Mang?" ujarku kesal.
"Udah yang ini saja, Bu! Kalo gak enak, serahkan lagi sama saya!" ujarnya sambil menepuk jidat, eh, dada.
Aku sangat malas menerima semangka itu. Aku punya firasat, semangka yang diberikan kepadaku jelek. Ah, mending beli rambutan saja, pikirku!