Ya, Tuhan, kok, beneran mirip aku, sih?
Dalam kebingungan, kuangsurkan foto itu kepada Mang Yaya, yang sedang memperhatikanku.
"Si...siapa anak ini, Mang?" tanyaku dengan suara gemetar.
Mang Yaya mengamati foto itu, dan mengangguk-angguk.
"Anak itu putri bungsu Pak Kades, Ratih! Sudah meninggal setahun lalu dalam kecelakaan mobil. Dia pandai sekalimenari!" jelas
Mang Yaya.
Kurasakan badanku tiba-tiba menggigil.
"Makanya, Pak Kades mengundang kita jauh-jauh dari Tasikmalaya, hanya karena sangat ingin melihat tarian yang selalu dibawakan putrinya dalam acara tadi."
Hah??
Penolongku di panggung tadi, putri Pak Kades? Sudah meninggal? Bagaimana mungkin? Ah, Mustahil! Dia tadi menari dengan luwes bersamaku!
Pertanyaan-pertanyaan itu terus berdengung di kepalaku, hingga membuatku pening.