"Anak yang menari denganku, Bi!" keluhku.
Bi Ade tertawa, kemudian menepuk punggungku.
"Kamu pasti bercanda, tadi kamu menari sendirian, kok!" kata Bi Ade di sela tawanya.
"Apa?"
Belum hilang rasa kagetku, tiba-tiba Pak Kades dan istrinya sudah berada di depan kami.
"Sukses, Nak, tarianmu bagus sekali!" Pak Kades tulus memujiku.
Aku tersipu, rasanya tak pantas menerima pujian itu!
"Maaf, Pak, kami mau langsung pulang karena besok Ratih masuk sekolah!" Mang Yaya berpamitan pada Pak Kades.
"O, begitu, Mang. Sebentar," Pak Kades segera mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya, sebuah amplop tebal, yang membuat senyum Mang Yaya bertambah lebar.
"Waduh, jadi ngerepotin, nih!" Mang Yaya berbasa-basi.
Pak Kades hanya tertawa, kemudian beliau mengangsurkan sesuatu kepadaku.