"Semakin dekat dengan Allah, maka semakin kuat hubungannya. Makin jauh dari Allah, maka makin hancur rumah tangga kita. Maka solusinya, bangun komunikasi dengan Allah. Coba biasakan puasa Senin - Kamis bareng, buka puasa bareng, shalat tahajud bareng, ikut kajian bareng," tutur Ustadz.
Ustadz juga menyarankan orang tua untuk sering-sering memeluk anak. Ketika orangtua memeluk anaknya ada hormon kebahagiaan yang keluar dari tubuh anak. Anak yang tidak sering mendapatkan pelukan dari orangtuanya biasanya akan mencari pelukan dari orang luar.
"Kami bersama pakar-pakar rumah tangga melakukan survey acak anak-anak perempuan usia remaja yang bandel-bandel. Ada yang ditindik, matanya ditato, hamil di luar nikah, yang murtad, dan macam-macam," ungkap Ustadz.
Ternyata apa kesimpulannya? Sembilan dari 10 anak perempuan hancur di luar karena punya hubungan buruk dengan bapaknya. Karena anak perempuan itu cinta pertamanya adalah ayahnya. Ayahlah yang menjadi penunjuk arah, tempat mengobrol, tempat berbagi.
"Faktanya, apa yang diharapkan tidak didapatkan dari ayahnya. Ayahnya mirip kanebo kering, kaku. Jadi rumah ini sudah problem," tukasnya.
Seperti halnya lagu Indonesia Raya "bangunlah jiwanya, bangunlah raganya", maka solusi dari "serumah tapi tak sejiwa" adalah dengan membangun jiwa terlebih dahulu, kemudian membangun fisik. Selama ini yang ia lihat dalam membangun rumah tangga lebih diutamakan membangun fisik.
"Ibu tahu masjid Nabawi? Awalnya masjid nabawi itu terbuat dari pelepah-pelepah korma tapi Madinah bisa menaklukkan Persia dan Romawi karena rasullullah membangun jiwa para sahabatnya," kata ustadz.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H