Nenek moyangku seorang pelaut. Gemar mengarung luas samudra. Menerjang ombak, tiada takut. Menempuh badai, sudah biasa.
(Nenek Moyangku, Ciptaan Ibu Sud)
Dahulu, Indonesia dikenal sebagai negara maritim. Namun pertikaian penjajah Belanda dan Inggris di masa lalu menyebabkan kemaritiman Indonesia tenggelam. Â
Terbayang tidak, ada sosok perempuan tangguh memimpin pertempuran melawan penjajah di laut Indonesia? Memimpin pasukannya yang sebagian besar pria? Dengan gagah berani menghadapi badai dan gelombang laut tanpa rasa takut.Â
Sebut saja Ratu Kalinyamat yang bernama asli Retna Kencana. Anak dari Sultan Trenggono (1521-1546), penguasa termasyhur Kerajaan Demak. Seorang pejuang perempuan dari Jepara yang hidup pada masa awal perkembangan Islam di Nusantara.Â
Selama menjadi penguasa Jepara, ia dikenal sebagai seorang patriot nan pemberani. Ia juga ahli strategi perang yang berhasil membangun kekuatan maritim yang ditakuti untuk menjaga Tanah Air dari bangsa penjajah.
Disebut Ratu Kalimanyat karena Retna Kencana menikah dengan Pangeran Hadiri atau Hadlirin, yang berasal dari luar Jawa. Setelah pindah ke Jawa, lalu mendirikan kampung di wilayah yang saat ini masuk Kecamatan Kalinyamatan, Jepara, Pangeran Hadiri dikenal sebagai Pangeran Kalinyamat.
Ratu Kalinyamat menjadi penguasa Jepara selama 30 tahun, yakni dari 1549-1579. Selama menjadi penguasa tunggal di Jepara, ia memberi perhatian besar pada bidang politik dan militer.
Ia berhasil membangun kekuatan angkatan laut yang besar dan kuat. Berhasil pula mengembangkan potensi kemaritiman. Di bawah kekuasannya, Jepara menjadi kerajaan bahari. Rakyatnya mengandalkan laut sebagai sumber utama penghidupannya.
Ratu Kalinyamat memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya saat melawan bangsa Portugis pada abad ke-16. Sayangnya, hingga kini Ratu Kalinyamat belum dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional.
Sebut juga keberanian Laksamana Malahayati yang berasal dari Aceh. Dalam berbagai catatan sejarah, Malahayati dikenal sebagai laksamana laut perempuan pertama di Indonesia.Â