Karena trekking melalui kontur jalan yang berbatu, tanah, becek, menurun, dan mendaki, kami pun dibekali tongkat trekking.
Trekking poles adalah peralatan hiking berbentuk tongkat yang berfungsi membagi beban tumpuan kaki dan membantu memberikan pijakan.
"Sebagai informasi di belakang kita adalah Gunung Pancar," kata Kang Udin, salah satu tour guide yang memandu trekking.
Ok, trekking pun dimulai. Kami berjalan melalui kontur jalan berbatu yang menurun dan cukup curam. Kami berjalan pelan-pelan dengan dibantu trekking poles.
Setelah sekitar 100 meter kami kembali melalui jalanan yang menurun. Kali ini menuruni anak tangga yang berbahan tanah. Agak licin. Jadi, kami harus berhati-hati.
Sekitar 20 meteran, kami mendapati Sungai Sangkuriang. Kami harus menyeberangi sungai ini melalui jembatan yang terbuat dari bambu. Melalui jembatan ini tidak bisa banyak orang. Kami melaluinya secara bergiliran.
Sungai Sangkuriang adalah sungai terbesar di sini. Sungai yang mengalirkan air ke sungai-sungai kecil dan saluran air di sekitar Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang.
Di sini, kita bisa berendam sesuka hati di air sungai yang segar bening dan alami. Beraneka ragam bebatuan gunung ada sungai ini. Ketinggian air tidak terlalu dalam. Jadi, anak-anak bisa bermain air sepuasanya.
Sebenarnya sih, menurut saya, menyeberangi sungai tanpa jembatan juga tidak apa-apa. Malah seru. Basah-basahan sambil bermain air yang dingin dan sejuk.Â
Setelah menyeberangi sungai, kami menyusuri jalan yang bertanah dan becek. Di samping kiri dan kanan, kami disuguhi persawahan hijau yang menyejukkan mata.