Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Harga BBM Bersubsidi Naik, Pemerintah Kontraproduktif!

7 September 2022   17:56 Diperbarui: 7 September 2022   18:13 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: kompas.com

Pada Sabtu 3 September 2022, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi. Harga BBM yang mengalami kenaikan yaitu Pertalite, solar, dan Pertamax (non subsidi).

Adapun harga Pertalite dari Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter, Solar bersubsidi dari Rp 5.150/liter mejadi Rp 6.800/liter, dan Pertamax non subsidi dari Rp 12.500/liter menjadi Rp 14.500/liter.

Salah satu alasan mengapa harga harus naik karena sebanyak 70% BBM subsidi selama ini dinikmati oleh kalangan warga yang mampu secara finansial.

Alasan lainnya karena telah terjadi peningkatan anggaran subsidi dan kompensasi tahun anggaran 2022 yang begitu besar. Dari yang awalnya Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun.

Kenaikan harga BBM bersubsidi ini jelas membuat kaum ibu menjerit. Bagaimana tidak, para ibu harus berpikir keras agar uang belanja bulanan yang tidak ikut-ikutan naik bisa cukup dalam sebulan. 

Baru juga bernapas lega terbebas dari pandemi Covid-19, sekarang harus dibebani dengan cara mengirit pengeluaran. Terlebih sebelum BBM subsidi dinaikkan telah diawali dengan beberapa kenaikan komoditas pokok. 

Salah satunya, kenaikan harga paling mencolok terjadi pada minyak goreng yang kini mengikuti harga pasar. Tadinya sempat menghilang dan langka, eh bermunculan setelah mengikuti harga pasar.

"Masa ya kita dapat "kado" yang nggak banget. Bukannya senang mendapatkan kado, yang ada kita, emak-emak, makin teriak-teriak," kata seorang kawan saat berjumpa dalam pertemuan arisan, Minggu 4 September 2022, di JPW Garden, GDC, Kota Depok, Jawa Barat. 

"Wah ini sih pasti harga sembako ikutan naik. Telur aja sekarang sekilo sudah Rp31.000," tutur yang lain.

Soal kenaikan harga telur yang terus melesat memang sudah bikin ibu-ibu mengeluh. Selisihnya sudah Rp 13 ribu per kilo, bagaimana ibu-ibu tidak "sesak napas" mengingat telur ayam stok yang harus wajib ada di rumah. 

"Sampai sekarang gue belum naikin harga sih, keuntungan jadi semakin berkurang. Apa bakal turun tuh harga telur? Kayaknya nggak mungkin juga soalnya harga pakan dan bibit ayam juga mahal," keluh kawan yang membuka toko kue. 

"Iya bener. BBM naik itu efeknya ke mana-mana. Harga bahan pokok semua bakalan naik. Belum harga barang-barang lainnya. Kan ngangkut-ngangkut barang pakai BBM," timpal kawan yang lain.

"Kalau harga sembako semua naik, agak repot juga ya, bingung ngaturnya. Apa harga jualan kudu dinaikin? Sepertinya sih begitu," sahut yang lain yang kebetulan memiliki usaha katering kecil-kecilan.

Marthin, pengemudi ojek online juga keberatan jika harga Pertalite naik. Sebab, sudah bisa dibarengi dengan kenaikan harga kebutuhan pokok.

"Nggak setuju ada kenaikan harga BBM. Pertalite pada motor terbilang penting banget. Naik 1000 aja sudah pengaruh banget ini dengan kondisi finansial saya," katanya.

Ia berharap pemerintah lebih memberikan perhatikan kepada masyarakat menengah ke bawah. Kalau masyarakat golongan atas sih, menurutnya, tidak terlalu berdampak.

"Kalau di posisi saya yang masih bergantung pada pertalite, jelas berasa banget. Mencekik leher. Mau nggak mau tarif harus dinaikkan, kalau nggak ya tekor," katanya.

Kenaikan harga BBM bersubsidi ternyata membuat harga sayuran dan bumbu ikut merangkak naik. Sejumlah sayuran seperti kacang panjang, timun, dan cabai mengalami kenaikan harga dari sebelumnya. Setidaknya begitu laporan si Mbak tadi pagi usai berbelanja.

Saya juga termasuk yang terkena imbasnya. Biaya antar jemput anak saya yang SD naik jadi Rp400.000 yang sebelumnya Rp350.000. Mau protes, ya tidak enak juga, wong dia juga ikut terdampak. Jadinya, saya hanya bisa menelan ludah saja.

Anggota DPR Komisi XI Anis Byarwati (sumber foto: fraksi.pks.id)
Anggota DPR Komisi XI Anis Byarwati (sumber foto: fraksi.pks.id)

Kebijakan kontraproduktif

Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan Anis Byarwati menilai kenaikan harga BBM bersubsidi di momen yang sangat tidak pas. Di saat perkonomian bergerak pada pemulihan, bukan distimulus eh malah dihambat.

"Ini kebijakan yang kontraproduktif," tukas anggota Komisi XI DPR RI ini di kompleks DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin 5 September 2022.

Harusnya pemerintah berkaca. Pada saat yang sama, kondisi geo-politik perang Rusia-Ukraina tidak sedang baik-baik saja. Membuat perekonomian global semakin tidak pasti karena ancaman inflasi tinggi. 

"Masyarakat itu butuh waktu untuk kembali menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil seperti saat ini," kata Anis yang juga pakar ekonomi syariah ini.

Menurut Anis, kenaikan harga BBM bukan sekadar menaikkan biaya transportasi kendaraan pribadi saja, tapi juga ke hampir semua sektor ekonomi akan terdampak. Terutama sektor yang berhubungan dengan masyarakat secara umum.

Wakil ketua BAKN DPR RI ini menyebut kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi akan semakin mendekatkan perekonomian nasional pada kondisi triple horror -- inflasi tinggi, suku bunga tinggi, pertumbuhan ekonomi yang melemah.

Kondisi yang sangat mengkhawatirkan ini  akan terjadi efek berantai dalam perekonomian. Tekanan inflasi tinggi dan naiknya harga BBM akan mempengaruhi harga bahan baku di tingkat produsen meningkat.

"Tentunya harga jual ke konsumen juga akan ikut naik. Diperkirakan angka inflasi akan mencapai 7,0-8,0 persen hingga akhir tahun 2022," ujarnya.

Anis menambahkan suku bunga tinggi, pasca kenaikan harga BBM akan memicu kenaikan inflasi umum yang diperkirakan menembus di level 7,0 -- 8,0 persen hingga akhir tahun. 

"Kondisi ini memicu kenaikan suku bunga secara agresif, membuat biaya ekspansi rumah tangga dan dunia usaha menjadi lebih mahal," katanya.

Menurutnya, tingginya inflasi dan tingkat suku bunga, sudah pasti menyebabkan pertumbuhan ekonomi akan melambat. Aktivitas ekonomi yang sudah mulai bergulir semenjak awal tahun 2022, bisa dipastikan akan melambat, seiring dengan tingginya biaya ekspansi usaha dan beban hidup masyarakat. 

Dampaknya adalah pertumbuhan ekonomi tahun 2022 akan kembali melambat yang berimbas pada bertambahnya angka kemiskinan dan pengangguran," tuturnya.

Sudah bisa dipastikan pula kebijakan tarik subsidi Solar dan Pertalite, akan meningkatkan angka kemiskinan dan pengangguran. 

Memang pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menanggulangi dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Berupa kebijakan bansos senilai Rp 24,17 triliun, dalam bentuk bantuan langsung tunai (BLT), bantuan subsidi upah (BSU). 

Pemerintah juga mengalokasikan 2 persen dana transfer umum pemerintah daerah untuk sektor transportasi umum, ojek, dan nelayan. Namun, upaya tersebut, menurur Anis, tidak terlalu banyak membantu.

Menurut Anis alokasi besaran Bansos tidak sebanding dengan tekanan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat akibat dampak Covid-19 dan angka inflasi yang sudah tinggi sebelumnya. 

Besar kemungkinan pada akhir tahun 2022, angka kemiskinan dan pengangguran akan kembali meningkat.

Jika subsidi BBM membebani APBN bukan berarti malah tanggungan kemudian dibebankan kepada rakyat. Menjadi tugas pemerintah bagaimana beban rakyat  ditanggung dengan cara berpikir mencari solusi. Solusinya bukan seolah-olah negara ini perusahaan terus dibebankan ke konsumen.

Bagaimana menyiasati kenaikan harga BBM?

"Mengencangkan ikat pinggang," kata seorang warga dalam obrolan di group warga. 

Maksudnya, dengan membatasi pengeluaran-pengeluaran atau belanja-belanja yang setelah dipikir-pikir bisa ditiadakan. Misalnya, seminggu sekali makan di luar, maka bisa diubah menjadi dua minggu sekali. 

Atau, dengan membatasi penggunaan sembako yang kira-kira diganti dengan cara pengolahan yang lain. Misalnya, ikan yang biasanya digoreng, diganti dengan dikukus atau direbus.

"Berhemat, pastinya, tapi bukan berarti pelit ya. Beda tipis itu. Di sini, kita perlu mempertimbangkan dan memperhitungkan alokasi dana yang kita miliki agar bisa disaving," timpal warga yang lain. 

Ada juga yang memberikan suara yaitu dengan mengefisienkan waktu. Maksudnya, melakukan beberapa kegiatan dalam satu waktu di hari yang sama. 

Misalnya, saat belanja dibarengi ketika mengantar anak ke sekolah atau keperluan lainnya. Sehingga bisa irit BBM atau  menghemat biaya transportasi. 

"Kayaknya kita harus mengurangi aktivitas keluar rumah deh. Biasanya nih kita kalau sudah keluar rumah bawaannya pengen belanja aja, padahal kagak penting-penting amat," ujar yang lain.

Begitulah drama kehidupan di negeri ini yang sepertinya tidak berkesudahan.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun